Promosi Pariwisata Indonesia Juga dengan Digital kata Arief Yahya
Solid, Speed, Smart, tiga "S" yang ditetapkan sebagai corporate culture Kementerian Pariwisata terus dipertajam.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Solid, Speed, Smart, tiga "S" yang ditetapkan sebagai corporate culture Kementerian Pariwisata terus dipertajam.
Tidak lagi menggunakan pendekatan birokrasi yang "kencang-kencangan suara" ataupun "tinggi-tinggian pangkat".
Tetapi meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk merebut sukses kemenangan dalam persaingan global.
"Itulah mengapa narasumber yang bicara di Rakornas Kemenpar ini adalah tokoh-tokoh dari perusahaan internasional. Agar kita out world looking! Melihat posisi kita di peta dunia. Tidak jagoan kandang yang merasa hebat di kampung sendiri," ucap Menpar Arief Yahya saat menutup Rakornas di JCC Senayan, Jakarta, 29 April 2016.
Baik Baidu, Ogilvy, atau --rakor sebelumnya, TripAdvisor--, semua adalah korporasi yang punya reputasi internasional.
"Mereka punya big names, mereka punya reputasi dunia, dan bicara dengan data. Saya ingin nanti terus dievaluasi, dan selalu menggunakan angka-angka. Bagaimana impact di destinasi? Bagaimana dampak di originasi?" jelas Menpar Arief Yahya.
Dia mengingatkan, kepada peserta Rakornas yang terdiri dari Eselon 1-2-3-4, Kadisparprov, asosiasi dan industri pariwisata, agar mereka senantiasa mengalokasikan waktu berdasarkan prioritas.
"Utamakan yang utama!" tegasnya, yang selalu mengingatkan soal WIN-Way, Wonderful Indonesia Way, yang meliputi 3S di atas.
Arief mengibaratkan WIN-Way itu semacam IBM-Way, GE-Way, Telkom-Way, sebuah budaya kerja untuk memenangman persaingan.
Yang dimaksudkan dengan Solid, adalah kompak, bersatu untuk Indonesia, atau Indonesia Incorporated. Siapa yang harus bersatu?
"Akademition, Business, Goverment, Community, dan Media. Saya sering menyebut dengan istilah segi lima Pentahelix. Kelimanya harus bersama-sama menjadi subjek," ungkap Arief Yahya.
Speed yang dimaksud adalah kecepatan, atau dalam implementasinya lebih ke arah deregulasi. Aturan apa saja yang menghambat, menjerat dan membuat tidak bisa berlari cepat?
"Tolong dalam perjalanan nanti, kalau masih ada aturan yang membuat lelet, segera disesuaikan. Bahasa jelasnya: direvisi!" kata pria asli Banyuwangi, Jatim ini.
Lalu apa yang dimaksud dengan Smart? Cara terbaik untuk membuat korporasinya hebat, berani diadu, bisa bersaing, adalah benchmark.
Bandingkan dengan hal serupa di tempat lain, di negara lain. Bandingkan dengan para juara, di mana posisi kita? Perbaikilah dari situ, untuk menjadi jawara.
"Jawaban terhadap kita, adalah Go Digital! Dengan digital, kita bisa kalahkan semua, termasuk Malaysia dan Thailand," kata Arief.
Mengapa digital bisa menjadi senjata pamungkas?
"Semakin digital, semakin personal! Semakin digital semakin profesional. Semakin digital semakin global. Hanya digital yang kita akan punya marketing intelijen yang kuat, dan tentu punya daya serang yang langsung ke smart phone semua orang," ungkap dia.
Satu hal yang juga diingatkan Menpar Arief Yahya adalah program nyata. Berapa sumbangannya terhadap capaian? Kapan selesai? Siapa yang bertanggung jawab?
"Semua harus jelas, terukur dan lari lebih kencang!" ungkapnya.