Kisah Makam Ki Gede Sala, sang Pendiri Kota Solo, Kerap Didatangi Pejabat dan Para Petinggi Negeri
Setiap malam Jumat dan Selasa Kliwon, makam di Ndalem Mloyokusuman RT 001/RW 012 Baluwarti, Surakarta, itu ramai oleh keberadaan peziarah.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Labib Zamani
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Makam Ki Gede Sala ini berlokasi di dalam kompleks Keraton Kasunanan Surakarta.
Tepatnya, di Ndalem Mloyokusuman RT 001/ RW 012 Baluwarti, Surakarta, Jawa Tengah.
Makam Ki Gede Sala. (Tribunsolo.com/Labib Zamani)
Makam yang disakralkan oleh sebagian masyarakat ini sering dikunjungi banyak peziarah dalam maupun luar negeri, termasuk pejabat.
Mereka meyakini dengan melakukan ziarah ke sana akan mendapatkan berkat.
Di kompleks pemakaman tersebut selain makam Ki Gede Sala juga ada dua makam lain, yakni Kiai Carang dan Nyai Sumedang.
Setiap malam Jumat dan Selasa Kliwon, makam di Ndalem Mloyokusuman RT 001/RW 012 Baluwarti, Surakarta, itu ramai oleh keberadaan peziarah.
"Mereka yang ke sini itu ya berdoa supaya diberikan keselamatan dan barokah, tetapi dengan cara mereka masing-masing, soalnya tidak hanya orang Muslim saja yang ke sini," kata kuncen atau penjaga makam Ki Gede Sala, Sari Dewi Susanti (40), kepada TribunSolo.com, Rabu (13/4/2016).
Siapa sebenarnya Ki Gede Sala?
Dia disebut-sebut sebagai sosok pendiri Kota Solo.
Sebagian masyarakat yakin, Ki Gede Sala adalah sesepuh yang berkuasa di desa yang kini ditempati Keraton Kasunanan Surakarta.
Menurut sang kuncen, Sari Dewi Susanti, dahulu desa yang ditempati Keraton Surakarta rawa.
"Di sini sebelumnya adalah rawa, lalu dikeringkan oleh Ki Gede Sala," katanya.
Setelah kering, pada 1745 Paku Buwono (PB) II memilih hijrah dari Kartasura ke desa Sala.