Bukan Bus atau Kereta tapi Eskalator yang Jadi Alat Transportasi Utama Warga Kota Medellin
Eskalator biasanya banyak dijumpai di pusat perbelanjaan. Namun, bagaimana jika eskalator muncul di sisi bukit Kolombia?
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, MEDELLIN - Eskalator biasanya banyak dijumpai di pusat perbelanjaan.
Namun, bagaimana jika eskalator muncul di sisi bukit Kolombia?
Secara mengejutkan, eskalator menjadi salah satu solusi transportasi inovatif yang telah membantu mengubah kehidupan orang-orang di area yang dulunya terkenal sebagai salah satu kota paling berbahaya di dunia.
net
Lokasi itu adalah Medellin, sebuah kota di Kolombia Utara.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, kota itu identik dengan kekerasan antar-pengedar narkoba dan kelompok-kelompok paramiliter, sementara masalah kemiskinan kerap kali membuat kota ini dikucilkan oleh sebagian besar masyarakat.
Namun, kini semuanya berubah. Medellin telah menjadi kota yang penuh warna.
Kota terbesar kedua di Kolombia itu kini menjadi daerah metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Amerika Latin.
Perencanaan kota berdaya cipta menjadi salah satu alasan di balik kesuksesan tranformasi kota Medellin.
Berada di ketinggian lereng bukit, sebuah lokasi bernama Comuna 13 terkenal sebagai benteng gerilyawan dan pengedar narkoba.
net
Sebelum mencapai Comuna 13, 12.000 warga harus mendaki setara ketinggian di bangunan 28 lantai setelah "menggoreskan" hidup mereka di kota.
Jalan curam membuat kendaraan mustahil untuk mengakses lingkungan miskin ini, meninggalkan masyarakat terisolasi dan tak tertembus.
Eskalator sepanjang 384 meter yang dibangun menjadi enam bagian di punggung gunung dipasang sebagai solusi atas masalah tersebut.
Berkat eskalator itu, warga hanya membutuhkan waktu enam menit untuk bisa tiba di Comuna 13.
Dibuka pada 2011, pembangunan eskalator itu telah menjadi model untuk perencanaan kota di seluruh dunia.
Hal paling penting dari pembangunan eskalator ini adalah perannya dalam membawa perdamaian dan kebanggaan di sebuah komunitas yang dulunya identik dengan berbagai perilaku kriminal.
"Tidak ada seorang pun yang yakin bahwa proyek ini bisa berhasil. Sebelumnya, tempat ini berada di bawah kekuasaan banyak geng, tetapi kini telah menjadi zona netral, dan kendali atas kota dipegang penuh oleh komunitas," ujar sang arsitek, Carlos Escobar.
Escobar juga sangat terkesan dengan dampak yang diberikan pada pembangunan eskalator itu.
Dia mengaku tidak pernah mendengar lagi kekerasan muncul di Medillin semenjak konstruksi dimulai.
(Ridwan Aji Pitoka / CNN via Kompas.com)