Perang Ketupat: Tradisi Masyarakat Tempilang Jelang Ramadan yang Sarat Nilai Gotong Royong
Dalam tradisi ini, ada dua kelompok masyarakat nantinya akan saling melempar ketupat ini ke arah lawannya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Perang Ketupat sendiri ada lima tahapan, yakni Penimbongan atau pemberian makanan kepada mahluk halus yang dipercaya bermukim di darat.
Kemudian Ngacak yaitu pemberian makanan kepada mahluk halus di laut.
Ketiga, kaber Kampung yang bertujuan membuang Tasak Besek (penyakit kulit).
Keempat Buyung Sumbang (perzinahan), Perang Ketupat yang merupakan simbol memerangi kejahatan mahluk halus yang menggganggu masyarakat setempat dan Ngayot Perae (menghanyutkan perahu) sebagai simbol memulangkan tamu-tamu mahluk halus yang datang dari luar tempilang.
Seusai digelarnya rangkaian upacara tresebut ada pantangan-pantangan yang harus ditaati masyarakat setempat.
Misalnya dilarang berkelahi dalam rumah tangga, tidak boleh berkerubung kain sarung di tengah kampung, menjemur kain di pagar dan bersiul.
Sedangkan pantangan di laut di antaranya dilarang menangkap ikan dengan cara apapun selama beberapa hari, tidak boleh mencuci panci dan kuali di laut, hingga tidak boleh mencuci perlangkapan orang melahirkan di laut.