Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yuk, Wisata Sejarah di Kampung Maspati Surabaya, Kampung Lawas, Saksi Perjuangan Melawan Penjajah

Kampung ini dinyatakan sebagai Kampung Lawas lantaran banyak bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajah.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Yuk, Wisata Sejarah di Kampung Maspati Surabaya, Kampung Lawas, Saksi Perjuangan Melawan Penjajah
Surya/Galih
Kampung Lawas Surabaya. 

Tahun 2014, ia dan warganya sekitar 1500 jiwa membuat Festival Kampung Lawas dan mengundang Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Camat, dan Kelurahan setempat.

Di dalam festival itu terdapat pameran minuman dan makanan sederhana yang terbuat dari markisa, lidah buaya, dan sebagainya.

Ada juga penampilan permainan zaman dulu semisal engkle, main karet, dan sebagainya.

“Dulu biayanya patungan antar warga, dan ada sedikit bantuan dari donatur. Waktu bu Risma kesini, beliau terkesima dan tahun 2015 kemarin sudah ditetapkan kampung wisata melalui SK walikota,” ujarnya.

Pria dua anak ini mengatakan, bukan pengakuan sebagai kampung lawas oleh pemerintah yang diharapkan dari warga.

Menurutnya, bagaimana kampung ini bisa bermanfaat dan meningkatkan tingkat perekonomian warga.

“Saya ingin bagaimana bisa memberdayakan masyarakat sehingga bisa meningkatkan tingkat perekonomian warga melalui situs sejarah yang ada. Caranya, ya kami buat ikon kampung lawas dan membuatnya menjadi destinasi wisata di Surabaya,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

Lambat laun, kata Sabar upaya memberdayakan mulai membuahkan hasil.

Kampungnya semakin banyak dikunjungi wisatawan mulai dalam negeri hingga mancanegara. Ia menyebut, pendapatan per bulan dari para wisatawan ini cukup tinggi sekitar Rp 3 jutaan.

“Setiap rombongan yang datang tidak hanya menikmati peninggalan bangunan kuno saja, tapi kami sambut juga dengan musik patrol dan tarian tradisional. Di setiap rumah, warga berjualan dengan ciri khasnya masing-masing. Bagi pengunjung yang mau beli ya tinggal pilih saja,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, ada enam RT yang ada di RW 8 ini.

Masing-masing RT memiliki ciri khas masing-masing. Misalnyaa di RT 6, warganya membuat olahan makanan dan minuman berbahan dasar buah markisa.

Di RT 2, warganya membuat makanan dan minuman olahan berbahan dasar lidah buaya.

“Lumayan ini bisa membuat tambahan pendapatan ibu rumah tangga dengan pemberdayaan ini. Kampungnya untung, warganya juga untung. Semua pendapatan dari kampung lawas ini kembali ke warga semua untuk kepentingan bersama,” tandasnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas