Lemang Banjar Beda! Untuk Takjil, Disantapnya Pas Dengan Telur Asin
Selama Ramadan, biasanya Lamang menjadi salah satu kuliner yang cukup dicari untuk menu berbuka puasa.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN- Lamang atau Lemang merupakan satu kuliner khas Nusantara yang merupakan khas Melayu.
Di Kalimantan Selatan juga mudah ditemui kuliner yang satu ini.
Lemang atau yang kerap disebut Lamang juga populer di kalangan masyarakat Banjar.
Maklum saja, karena sejatinya suku Banjar adalah salah satu sub suku Melayu juga.
Oleh sebab itu tak heran jika kemudian sebagian besar kebudayaannya, bahasanya hingga kulinernya banyak yang bernuansa Melayu.
Termasuk kuliner bernama Lamang ini yang juga mudah dijumpai di daerah-daerah lainnya yang banyak didiami orang Melayu seperti di Sumatera dan Kalimantan Barat.
Lamang biasanya disantap dengan beberapa makanan lainnya, tergantung kebiasaan masyarakat di daerahnya masing-masing.
Ada yang menyantapnya dengan cara yang asin seperti dengan rendang, bumbu sate dan telur.
Ada juga yang senang menyantapnya dengan cara manis menggunakan selai sarikaya, bahkan ada pula yang menyantapnya dengan buah seperti durian sebagai pelengkap rasa.
Di Kalimantan Selatan, Lamang biasanya disantap dengan bumbu sate atau hintalu jaruk (telur asin)
Selama Ramadan, biasanya Lamang menjadi salah satu kuliner yang cukup dicari untuk menu berbuka puasa.
Penjualnya biasanya ada di beberapa titik di Kota Banjarmasin dan Gambut di Kabupaten Banjar.
Selama bulan puasa ini, penjualnya juga ada di Pasar Wadai Ramadan di depan Kantor Wali Kota Banjarmasin.
“Kalau orang Banjar biasa memakannya ditemani bumbu sate atau telur asin. Bisa dengan salah satunya, bisa juga dengan keduanya. Semuanya biasanya orang Banjar doyan,” ucap seorang penjualnya, Masfah.
Telur asinnya adalah telur bebek kampung yang diasinkan dengan cara khusus selama 15 hari menggunakan media pasir dan abu gosok.
Sebelum bisa disantap dengan Lamang, telur tersebut setelah diasinkan, dikukus dulu hingga matang.
Oleh masyarakat Banjar, telur asin ini biasa disebut Hintalu Jaruk.
“Kalau Lamangnya dimasak di dalam bambu buluh. Bambu buluh lebih tipis daripada bambu yang biasa kita kenal. Bambu jenis ini khusus untuk memasak Lamang, kalau bambu jenis lain tidak bisa,” ungkapnya.
Lamang dan telur asin yang dijualnya ini asli produk dari Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Bambunya didapatnya dari hutan-hutan di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Lamang berbahan utama beras ketan dan santan.
Beras ketan setelah dicuci dan dicampuri santan, dibungkus dengan daun pisang lalu dimasukkan ke dalam celah seruas bambu buluh, lantas dimasak di atas api dengan cara dimiringkan.
Orang Banjar senang menyantapnya dengan bumbu sate atau telur asin, terlebih lagi Kalimantan Selatan adalah salah satu daerah penghasil telur asin di Indonesia.
Seporsi Lamang ukuran 15 sentimeter dijualnya Rp 20.000 sudah beserta bumbu satenya.
Jika ingin ditambah telur asin atau hintalu jaruk, tinggal menambah uang Rp 5.000 per bijinya.
“Saya juga menjual Lamang yang panjang yang belum diiris. Harganya Rp 100.000 per batang bambunya,” katanya.
Sehari-hari, dia biasa berjualan Lamang di Gambut, Kabupaten Banjar di depan masjid dekat Pasar Kindai Limpuar, Jalan Ahmad Yani Km 12.
“Kalau malam Minggu saya jualan di depan Masjid Alfalah di Kompleks Beruntung Jaya, Jalan Ahmad Yani Km 7, Banjarmasin. Kalau Minggu paginya saya jualan di Siring Menara Pandang Banjarmasin, pagi sudah buka. Kalau yang di Gambut mulai sore hingga malam,” sebutnya.
Di Kandangan juga ada tokonya, tepatnya di daerah Pisangan, Desa Pandai dekat Lapangan Tugu dan Jembatan Antaluddin, buka tiap hari mulai pukul 14.00 Wita hingga sore. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)