Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yadnya Kasada Bromo Daya Tarik Gunung Bromo

Gunung Bromo akan heboh di bulan Juli 2016 ini karena bakal jalani salah satu ritual adat

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Yadnya Kasada Bromo Daya Tarik Gunung Bromo
www.indonesia-tourism.com
Yadnya Kasada Bromo 

Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (Putra Brahmana).

”Teknisnya mereka juga harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu saat upacara berlangsung sebelum dinyatakan lulus dan diangkat oleh tetua adat. Wisatawan pun bisa ikut menikmati,” tuturnya.

Didgdayo bercerita, tepat pada malam ke-14 bulan Kasada, suku Tengger akan beramai-ramai membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam saat dukun ditasbihkan tetua adat.

Berikutnya, sesajen yang disiapkan dibawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang.

Bagi suku Tengger, tradisi melempar sesaji ke Kawah Bromo tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman.

Uniknya mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo.

Mereka berharap mendapatkan ongkek-ongkek yang berisi sesajen berupa buah-buahan, hewan ternak, juga uang. Aktivitas penduduk Tengger pedalaman yang berada di kawah Gunung Bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang hari saat hari menjelang upacara Yadnya Kasada Bromo.

Berita Rekomendasi

”Untuk menyaksikan Yadnya Kasada Bromo Anda disarankan datang sebelum tengah malam karena ramainya persiapan para dukun dan masyarakat. Perlu diperhatikan juga bahwa jalan lain ke arah bawah gunung perlu beriringan dengan rombongan penduduk yang menuju pura. Hal itu karena apabila sendiri dikhawatirkan akan tersesat akibat kabut yang tebal dan jarak pandang yang terbatas,” paparnya.

Menpar Arief Yahya menyebut ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.

“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas