Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tradisi Membuang 'Sial' dengan Larung Rambut Bajang di Kali Comal

Festival yang digelar di sungai yang mengalir dari kaki Gunung Slamet hingga pesisir utara Pulau Jawa meliputi empat wilayah kecamatan

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Tradisi Membuang 'Sial' dengan Larung Rambut Bajang di Kali Comal
Kusworo
Arak-arakan tokoh pewayangan yang menajdi bagian dari Festival Kali Comal 2016 

TRIBUNNEWS.COM -- Penyelenggaraan 'Festival Kali Comal' Pemalang digelar serentak mulai 4 November hingga 17 Desember 2016 di empat kecamatan yang menjadi penyangga Kali Comal, bagian timur Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

Festival yang digelar di sungai yang mengalir dari kaki Gunung Slamet hingga pesisir utara Pulau Jawa meliputi empat wilayah kecamatan Comal, Ulujami, Bodeh dan Ampelgading atau biasa disebut Colobuding.

festival kali comal
Festival Kali Comal

Pada penyelenggaraan festival di Kecamatan Bodeh mengambil tema larung rambut bajang. Rambut bajang adalah rambut anak yang dikuncir tidak dipotong oleh orangtuanya sejak bayi hingga menjelang khitanan.

Hampir sama dengan rambut bajang di Pegunungan Dieng, anak-anak berambut bajang di Bodeh juga dipercaya memiliki kekuatan tertentu sehingga mesti mendapat perlakuan istimewa.

Salah satu panitia festival, Kusworo mengatakan, rambut bajang dipercaya pertanda akan membawa kemakmuran bagi desa yang ditinggalinya. Meski demikian, di balik kemakmuran ada pula sengkolo atau bencana bila ia tidak dirawat dengan baik. Karenanya anak berambut bajang mesti dirawat hingga menjelang dewasa atau saat ia khitanan.

Tradisi larung rambut bajang, jelas Kusworo, adalah melarung atau menghanyutkan rambut bajang si anak dari kali Tarung, salah satu anak Kali Comal di Bodeh, agar terbawa arus sungai hingga laut di utara Jawa.

Acara larung ini diikuti dengan arak-arakan ratusan warga berseragam budaya setempat seperti para tokoh pewayangan dan sebelumnya juga dilakukan selamatan masyarakat setempat dengan tumpengan.

Berita Rekomendasi

"Tradisi ini merupakan falsafah hidup yang artinya membuang atau menghanyutkan 'sengkolo' ke kali agar hilang terbawa arus sampai ke lautan. Sehingga anak bisa tumbuh menjadi anak yang jauh dari marabahaya yang menghadang. dan bisa membangun lingkungan yang ia tinggalinya," ujar Kusworo kepada Tribunnews.com.

Tradisi yang telah dilakukan sejak ratusan tahun ini, jelasnya, sudah semakin jarang dilakukan di Kecamatan Bodeh, selain itu anak-anak rambut bajang juga sudah sulit ditemukan di daerah Bodeh. "Dalam setahun paling satu dua yang masih ada, selain itu larung rambut bajang juga dilakukan paling tiga atau empat tahun sekali," jelasnya.

Nah dalam even 'Festival Kali Comal' ini jelasnya, Kecamatan Bodeh kembali mengangkat tradisi yang sudah langka tersebut, karena memiliki makna yang sangat mendalam untuk masyarakat setempat. Paling tidak tradisi ini bisa membantu Pemerintah Daerah Pemalang untuk mendongkrak pariwisata setempat. (Hendra Gunawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas