Alat Penumbuk Emas Zaman Penjajahan Belanda Ada di Ratatotok
Di dalam mesin yang sudah berkarat itu, disebut-sebut masih ada sisa emas yang beratnya berkilogram.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Manado, Valdy Vieri Suak
TRIBUNNEWS.COM, RATAHAN - Tak sedikit peninggalan penjajah Belanda di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Terutama di Kecamatan Ratatotok. Satu di antarannya adalah areal pertambangan.
Saat ini, terdapat mesin penumbuk biji emas yang saat ini teronggok begitu saja tanpa diketahui fungsingnya oleh warga. Padahal, mesin itu berperan penting saat Belanda mengangkut 5.060 kilogram emas dari tambang Gunung Mesel di Ratatotok.
Pada awal 1898 Belanda menemukan daerah tambang tersebut. Saat ditemukan terdapat lorong panjang yang sempit.
"Hal itu membuat pihak Belanda menggunakan teknik ledakan," ujar Grace Lintong Kabid Kebudayaan Disbudpar Mitra.
Dari teknik peledakan kemudian ditemukan serpihan bebatuan emas. Belanda kemudian merakit mesin tersebut pada 1900.
"Waktu itu hanya 20 mesin yang dirakit. Saat itu dibangun tepat di tepi pantai dengan sarana pengangkutan menggunakan lori," jelasnya.
Lokasi tambang yang terus berkembang dan menghasilkan, membuat Belanda kembali membangun mesin yang sama pada tahun 1910.
"Saat itu ditambah menjadi 60 mesin. Tercatat hasil produksinya mencapai 5.060 kilogram emas dari tahun 1900 sampa 1921," lanjutnya.
Mesin tersebut, menurut Lintong, berperan penting dalam pengolahan emas oleh Belanda. "Kalau sekarang masih banyak yang tidak tahu benda apa itu, padahal memiliki sejarah panjang," terangnya.
Mesin yang saat ini terpampang di lokasi wisata Pantai Lakban ini terlihat tak terlalu diminati. Bahkan banyak orang yang tidak tau apa kegunaan benda yang mirip kereta api itu.
Beberapa wisatawan yang datang enggan mendekati benda bernilai sejarah itu, pesona pantai masih menjadi primadona.
Namun, bagaimana jika apa yang ada dalam mesin tersebut banyak diketahui orang, pasti akan memikat dan membuat banyak orang penasaran.
Rupanya dalam mesin yang terlihat berkarat ini tersimpan emas dengan berat kilogram. "Di dalam mesin ada emas yang menempel cukup besar, tapi sudah tidak bisa dilepas. Ukurannya bisa mencapai kilogram," kata Lintong.
Meski begitu, menurut dia, situs sejarah tersebut aman karena terus dipantau. "Jika ada yang mau cabut atau niat jahat sulit. Karena benda itu dibuat secara khusus dulu, dengan kualitas yang tak gampang dirusak," bebernya.
Sementara itu Buang Tuuk tetua kampung mengaku bahwa mesin tersebut dijaga ketat saat jaman Belanda. "Cerita dari ayah saya, dulu mesin itu dijaga ketat oleh tentara Belanda," akunya.
Menurutnya tidak sembarang orang diijinkan untuk mendekati mesin tersebut. "Kalau habis diolah, emasnya langsung dimasukan ke kapal dan disimpan," jelasnya.
Usai kepergian Belanda dikatakannya mesin tersebut hanya dibiarkan begitu saja, sampai saat ini sudah dijadikan situs sejarah.(*)