Setelah Kereta Wisata Prioritas, Apalagi yang Akan Ditawarkan KAI?
Melihat tren kereta api yang semakin diminati masyarakat Indonesia, PT Kereta Api Indonesia (KAI) luncurkan kereta wisata dengan strategi baru.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Melihat tren kereta api yang semakin diminati masyarakat Indonesia, PT Kereta Api Indonesia (KAI) luncurkan kereta wisata dengan strategi baru.
Kereta wisata baru diluncurkan, juga dengan aneka rute.
Baca: Mengintip Kecanggihan Monster Bawah Laut Rusia, Bisa Hancurkan Musuh Sejauh 2 Ribu Km
Setelah meluncurkan gerbong Kereta Wisata Prioritas, pada Jumat (4/8/2017), PT KA Wisata akan meluncurkan lagi rangkaian-rangkaian kereta yang khusus menjelajah destinasi wisata dengan paket-paketnya.
"Ke depannya memang ingin kita jalankan satu rangkaian hanya untuk kereta wisata. Jalur khusus, jalan dari satu kota ke kota lain yang banyak destinasinya. Lalu sekaligus trip wisata di kota tersebut," ujar Totok Suryono, Presiden Direktur PT KA Wisata, saat Konferensi Pers di kantor KA Wisata, Gambir, Jakarta, pekan lalu.
Ia menggambarkan dalam waktu beberapa hari, kereta wisata tersebut akan beroperasi dari Jakarta ke Banyuwangi.
Hari pertama wisatawan transit di Yogyakarta untuk menikmati tur di sana, lalu sore harinya menginap di Semarang.
Keesokan harinya, wisatawan berkunjung ke aset KAI, ada Lawang Sewu dan Museum Ambarawa kemudin lanjut ke Solo, Surabaya, hingga tur ke Banyuwangi.
Totok merencanakan, ke depannya beragam kereta wisata bisa dinikmati secara perorangan, tidak perlu memesan dalam grup atau rombongan.
Juga bisa dijual dalam bentuk paket-paket wisata di kota-kota destinasi kereta tersebut.
"Di Jepang, Australia, dan India memang kereta dengan pelayanan VVIP untuk wisata sudah ramai. Kita rencananya akhir 2018 mulai beroperasi, karena sudah ada keretanya, hanya penyesuaian, jalur, juga gerbong restorasinya," ujar Toto.
Pihak KA Wisata menilai potensi wisata dari kereta api sangat bisa berkembang.
Ini karena destinasi wisata Indonesia tidak kalah dengan negara lain, infrastrukturnya terus berkembang, juga pengguna kereta api yang semakin baik.
"Kami merasa pengguna KA itu sudah mulai 'naik kelas'. Ada yang mulai membutuhkan pelayanan lebih, atau tidak cukup dengan pelayanan yang ada," ungkap Totok.