Buwas Jualan 'Kopi Ganja', Paduan Gayo dan Jawa, Berapa Harganya?
Mantan ketua BNN, Komjen (Pol.) Budi Waseso atau kerap disapa Buwas mengenalkan Kopi Jendral.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Anisa Kurniasih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan ketua BNN, Komjen (Pol.) Budi Waseso atau kerap disapa Buwas mengenalkan Kopi Jendral.
Tercetusnya ide ini bermuka saat pada akhir masa jabatannya sebagai ketua BNN, Budi Waseso sempat mengunjungi dataran tinggi Gayo, Aceh.
Dimana ia menemukan banyak lahan yang ditanami ganja.
Dari situlah muncul ide awal Buwas untuk meminta para petani menanami lahannya dengan kopi.
Buwas berjanji untuk membantu petani kopi dengan membeli produksi kopi sang petani.
Kopi Jendral untuk sementara ini hadir dengan dua varian yang mendapat sebutan 'kopi ganja' atau gayo dan jawa.
Varian tersebut adalah Arabica Gayo dan Robusta Temanggung dari Jawa.
Dalam produksinya, Buwas tak sendirian, dirinya mengajak seorang pengusaha bernama Richard Buntario.
Kepada TribunJakarta.com, Richard menjelaskan bahwa kopi ini akan dipasarkan ke pasar-pasar tradisional mulai 1 Juni 2018.
Untuk menjangkau kalangan menengah kebawah dan masyarakat kecil.
Baca: Marion Jola Menunda Kuliah, Ini Alasannya
"Kami menyentuh pasarnya justru bukan ke supermarket namun ke pasar tradisional dan sejenisnya, untuk harga yang robusta itu kisaran Rp 5 ribu - Rp 6 ribu, sedangkan yang arabica harga sedikit lebih mahal yaitu Rp 10 ribu-Rp 12 ribu," ujar Richard Buntario, di Traffique Coffee, Selasa (8/5/2018).
Yang membuat mahal kopi arabica ini adalah adanya alat saring dalam kemasan kopi tersebut.
Sehingga pembeli bisa langsung menyeduh dan meminumnya tanpa ampas.
Budi Waseso berharap kopi nusantara bisa berjaya di negeri sendiri dan orang Indonesia dapat menikmati kopi murni yyang diproduksi dengan baik dan benar.
"Kedepannya akan diciptakan nanti varian rasa Nusantara dari Aceh hingga Papua baik itu arabica maupun robusta, " ujar Budi Waseso di Traffic Coffee, Selasa (8/5/2018).