Di Bantul, Anjing Ditangkap dan Disembelih, Dagingnya Dijadikan Sate dan Tongseng
Diperkirakan ada puluhan ekor anjing dipotong dan diolah menjadi makanan di Kabupaten Bantul.
Editor: Choirul Arifin
Kendati belum ada peraturan yang melarang, Joko mengaku tidak serta-merta lepas tangan.
Pihaknya tetap memberikan perhatian khusus dengan cara rutin secara berkala melakukan pengawasan dengan melibatkan Balai Besar Veteriner Wates.
Pengawasan itu menurutnya sangat penting untuk memastikan bahwa anjing yang dipotong dan diolah menjadi kuliner makanan di Bantul itu tidak terjangkit oleh rabies.
"Kita sudah melakukan pengecekan ke lokasi secara berkala. Mengambil sampel untuk diuji di laboratorium BBVet Wates. Meskipun mereka bukan binaan kami," kata dia.
Mengutip Kompas.com, mengonsumsi daging anjing juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
Berikut 3 efek negatif mengonsumsi daging anjing:
1. Rabies
Salah satu bahaya terbesar mengonsumsi daging anjing adalah penyebaran rabies dari hewan ke manusia.
Di Filipina, sekitar 10.000 anjing dan 300 orang terbunuh oleh rabies setiap tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan vaksinasi anjing secara massal untuk mencegah penyebaran rabies.
Namun, perdagangan daging anjing yang telah melintasi perbatasan internasional membuat pencegahan rabies sangat sulit.
Kita bisa saja terinfeksi rabies selama proses penyembelihan dan menyebarkan penyakit dari anjing ke manusia lainnya.
Pada 2008, 20 persen anjing di rumah jagal di Hoai Duc, Vietnam ditemukan menderita rabies.
Tahun sebelumnya, Vietnam menderita wabah rabies dengan sekitar 30 persen kematian disebabkan oleh pembantaian anjing untuk daging.