Satu dari 10 Resto Steak Terbaik di New York Hadir di Jakarta, Dagingnya Gurih dan Lumer di Mulut
Menu ini disajikan panas-panas, dengan gelembung pada bagian lemak di dagingnya yang menguarkan aroma gurih.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menikmati steak boleh jadi merupakan satu dari beberapa pilihan cara menikmati kuliner yang mewah bagi sebagian orang.
Terlebih bila steak tersebut dimasak dengan tingkat kematangan yang sesuai selera, tekstur dagingnya lembut, gurih dan lumer di mulut. Bikin nagih.
Nah, Tribunnews berkesempatan mendatangi undangan food test untuk mencoba nikmatnya steak di gerai steak yang baru saja berdiri di kawasan SCBD, Jakarta, Wolfgang's Setakhouse.
Ini adalah satu dari 10 restoran dengan menu steak terbaik di Kota New York, AS, dan menjadikan Jakarta sebagai kota pertama untuk restoran mereka di Indonesia.
Sebelum menikmati steak, kami memulai kesempatan makan siang di restoran di lantai 6 Elysee Mall ini dengan menikmati Beverly Hills Chop Salad sebagai menu pembuka.
Salad ini merupakan salad tradisional khas Wolfgang's Steakhouse yang terdiri dari irisan kecil wortel, alpukat daun selada, tomat, jagung, paprika merah, mentimun, serta kacang polong dan lain-lain yang mencapai 12 bahan dengan rasa yang segar.
Menu kedua yang kami coba adalah grilled salmon yang disajikan di piring bersama salad dan tumis asparagus.
Rasa ikan salmon di menu ini sangat gurih dengan daging yang sangat lembut di mulut.
Menu ketiga adalah main course yakni Porterhouse Prime Steak. Menu ini disajikan dalam piring besar dan disajikan dalam wujud sudah dipotong dengan ukuran besar.
Menu ini disajikan panas-panas, dengan gelembung pada bagian lemak di dagingnya yang menguarkan aroma gurih.
Kami mendapatkan 3 potong steak ini pada bagian T-bone dan rib eye yang cukup mengenyangkan.
Menikmati daging steak ini benar-benar terasa gurih. Daging terasa empuk, tidak alot. Teksturnya yang lembut membuat daging terasa juicy saat dikunyah.
Bagian pinggiran daging yang dimasak sedikit gosong justru membuat rasa steak ini terasa unik.
Rasa daging steak ini terasa garing, tidak berair karena proses pra pemasakan yang memang dibuat berbeda dan spesial.
Co-founder Wolfgang's Steakhouse, Peter Zwiener yang menemani kami sepanjang sesi food test menuturkan, daging untuk steak di setiap gerai Wolfgang's Steakhouse menjalani serangkaian treatment untuk mendapatkan rasa dan tekstur daging yang benar-benar enak dan empuk serta garing.
Tidak seperti proses pengolahan daging di steakhouse pada umumnya, Wolfgang’s Steakhouse menerapkan konsep dry aged atau proses melayukan daging sebelum dimasak menjadi steak.
Hal ini menurut Peter Zwiener, demi menciptakan tekstur daging yang lebih empuk dan lumer di mulut saat dikonsumsi.
Proses pelayuan daging ini selain membuat tekstur daging lebih emuk dan lumer di mulut, juga untuk mendapatkan rasa daging steak yang makin mantap karena proses pelayuan daging membuat kandungan air di dalam daging menguap.
Rasa daging sapi di steak menjadi makin kuat dan nikmat.
Dijelaskan, proses dry aging di Wolfgang’s Steakhouse tidak dapat dilakukan sembarangan. Daging digantung pada ruangan dengan suhu tertentu dan level kelembaban udara yang juga dijaga.
Proses aging ini akan mendapatkan hasil terbaiknya jika dilakukan selama kurang lebih 28 hari.
Daging yang telah di dry aging tampilan tekstur dagingnya akan terlihat kehitaman di bagian luarnya.
Bagian yang kehitaman ini kemudian dibuang sebelum daging ini diolah. Jadi, hanya daging bagian dalam hasil dry aging yang diolah menjadi steak dengan tambahan bumbu minimalis demi mendapatkan rasa steak yang original.
Harga mulai dari Rp 1,7 jutaan
Peter Zwiener menjelaskan, menu steak di Wolfgang’s Steakhouse Jakarta dibanderol dengan harga mulai dari Rp 1,7 juta dan tamu akan mendapatkan daging steak seberat 1 kilogram.
Terus terang, bagi Tribunnews, rasa steak pada bagian rib eye terasa paling gurih dan nikmat karena kandungan lemaknya yang masih menempel. Benar-benar bikin lumer saat disantap!
Steak ini disajikan bersama mashed potato yang gurih dan bubur bayam yang lembut di mulut.
Kami mengakhiri food test ini dengan suguhan kue tart dengan 4 varian rasa dengan pilihan cheese cake, lime pie, pecan pie dan chocolate cake serta irisan buah nanas dan buah anggur serta stroberi yang sangat manis.
Peter Zwiener menuturkan, restoran Wolfgang’s Steakhouse merupakan hasil rintisan ayahnya di Kota New York, AS, sebelum kemudian berekspansi ke sejumlah kota besar di AS dan di sejumlah negara.
Untuk restoran yang baru dibuka di Mal Elysee di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2020) kemarin, mengusung konsep rooftop bars.
Peter menyebutkan, restoran pertama Wolfgang’s Steakhouse di bekas Vanderbilt Hotel Dining Room yang terkenal di Park Avenue, Manhattan, di 2004 oleh seorang mantan kepala pelayan di Peter Luger Steak House, bernama Wolfgang Zwiener.
Di New York City, Wolfgang’s Steakhouse dianggap sebagai salah satu dari 10 restoran steak terbaik.
Dia mengaku bangga atas pencapaian kali ini bisa membuka restoran terbaru Wolfgang's Steakhouse di Jakarta.
Wolfgang’s Steakhouse kini mengelola restoran di Kota New York, Miami, New Jersey, California domestically, New Jersey, Florida dan California domestically, Cyprus serta beberapa negara di Asia seperti Jepang, China, South Korea, Hong Kong, Singapura dan Filipina, serta Indonesia.
Menariknya, Wolfgang’s Steakhouse yang berada di Jakarta ini tampil berbeda dari Wolfgang’s Steakhouse yang ada di seluruh dunia karena menjadi rooftop bars satu-satunya dari Wolfgang’s Steakhouse di dunia.
“Ini merupakan suatu pencapaian besar dalam sejarah steakhouse di Indonesia."
"Dengan hadirnya Wolfgang’s Steakhouse di Indonesia yang merupakan steakhouse terbaik di New York, harapannya dapat memberikan suatu pilihan yang berbeda kepada pelanggaan. Itu yang coba kami deliver,” ungkap Peter Zwiener yang memutuskan pensiun dari kariernya di industri perbankan demi membantu sang ayah membesarkan bisnis restorannya ini.
Soal alasan memilih Jakarta untuk membuka restoran terbarunya, Peter mengatakan, Indonesia cukup dekat dengan Singapura, hal itu yang membuatnya suka.
"Indonesia merupakan negara keempat dengan populasi terbesar di dunia dan orang-orangnya suka makan daging. Sementara Jakarta merupakan kota yang terus berkembang. Ini pasar yang sempurna untuk kami membuka gerai steak," kata dia.
Untuk bahan baku, dia mengatakan, sebagian besar masih didatangkan langsung dari AS. "Jika da bahan-bahan tertentu yang sesuai, kami gunakan bahan dari lokal," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini operasional restoran ini masih soft opening dan akan benar-benar buka sepenuhnya untuk para pecinta steak mulai 1 Februari 2020 mendatang.
Restoran ini siap melayani hingga 80 tamu di di indoor 50 tamu di outdoor.