Tempat Wisata Ramai Pengunjung, Sosiolog: Terjadi New Normal Versi Masyarakat karena Polusi Simbolik
Sosiolog membenarkan ramainya tempat wisata di tengah pandemi dikarenakan terciptanya new normal versi masyarakat yang disebabkan polusi simbolik.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Sebelumnya, Drajat menyampaikan, ramainya masyarakat yang berbondong-bondong menuju tempat wisata di tengah pandemi ini terjadi karena adanya kesenjangan antara apa yang menjadi kebijakan pemerintah dan protokol kesehatan dengan definisi situasi masyarakat.
Menurutnya, masyarakat memiliki defisinisi yang berbeda dari kebijakan pemerintah.
"Pemerintah itu menyatakan ini masih masa pandemi, orang harus hati-hati, orang kesehatan juga mengatakan hati-hati, protokol kesehatan, jangan keluar dulu, jangan berkumpul banyak orang dulu, dan sebagainya, tetapi definisi masyarakat berbeda," ungkap Drajat.
Baca: Wisata Gunung Papandayan Kembali Dibuka, Ini Protokol Kesehatan yang Wajib Ditaati Pengunjung
Drajat menerangkan, dalam kehidupan sosial, setiap orang maupun kelompok masyarakat mendefinisikan situasinya sedemikan rupa sehingga mereka merasa tentram dan tenang.
"Jadi dalam kehidupan sosial ini, setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat, selalu mendefinisikan situasinya sedemikian rupa sehingga mereka merasa tentram, mereka merasa tenang, mereka juga bisa bergaul dengan satu dan yang lain," kata Drajat.
Menurutnya, saat ini masyarakat memandang situasi pandemi sudah tidak berbahaya seperti saat awal-awal Covid-19 masuk ke Indonesia.
Drajat mengatakan, masyarakat kini merasa dapat mengendalikan dirinya sendiri dan memandang teman-temannya juga dapat mengendalikan diri mereka masing-masing.
Hal itulah yang kemudian membuat masyarakat merasa tidak perlu secemas dahulu.
"(Mereka merasa) kita sudah sama-sama mengerti, saling punya pengetahuan, sehingga kemudian saya tidak perlu secemas dulu, tidak perlu terlalu ngeri," kata Drajat.
Selain karena pengetahuan masyarakat terkait Covid-19 semakin baik, Drajat mengatakan, kebutuhan masyarakat untuk keluar dari rumah juga menjadi pendorong mereka beramai-ramai mendatangi tempat wisata.
Drajat menuturkan, hal ini juga terjadi karena pemerintah menahan hak masyarakat untuk berpatisipasi di ruang publik demi menekan angka penularan selama pandemi Covid-19 ini.
"Di samping pengetahuan yang sudah semakin baik itu, ditambah kebutuhan mereka melepaskan diri dari keterasingan yang selama ini mereka dapatkan," ungkapnya.
Dalam teori, Drajat menerangkan, masyarakat mulai mengalami disenchantment.
Menurutnya, situasi tersebut terjadi karena aktivitas masyarakat yang berulang-ulang dalam ruang sempit dan populasi yang tidak beragam.