Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Kain Adat Suku Banjar di Kalsel Sejak Abad ke-12

Pada 2 Oktober 2009, United Nations Educational Scientific and Cultural (UNESCO) menetapkan batik sebagai warisan kebudayaan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Sejarah Kain Adat Suku Banjar di Kalsel Sejak Abad ke-12
Banjarmasin Post
Badan Restorasi Gambut (BRG) sebagai lembaga non-struktural yang bekerja untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi restorasi gambut juga terlibat melestarikan dan mempromosikan kain sasirangan. 

Masyarakat menggunakan kunyit, daun rambutan, akar pohon-pohonan hingga bunga kamboja dan kenanga.

Penggunaan pewarna alami juga mempermudah perajin mendapatkan bahan baku dari lingkungan sekitar dan efisiensi dari segi biaya produksi. Apalagi nilai jual ternyata lebih tinggi.

“Kain sasirangan juga sudah dikenalkan kepada pemerintahan kabupaten, provinsi dan instansi-instansi lain,” kata Enik Maslahah, Kamis (1/10/2020).

Pemerintah kabupaten memamerkan kain sasirangan karya masyarakat desa-desa gambut di Festival Sasirangan Banjarmasin tahun lalu.

Pada perhelatan itu, UMKM Desa Peduli Gambut mendapat juara 1 kategori stand kelompok usaha yang menjual produk ramah lingkungan.

Awalnya, kegiatan produksi sasirangan hanya dilakukan satu kelompok, yaitu Kelompok Eco Teratai di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Sekarang, mereka menularkan keterampilan ini kepada desa-desa lain seperti Desa Teluk Karya dan Desa Banuahanyar di Kabupaten Balangan.

Berita Rekomendasi

Pemerintah daerah juga mendukung kegiatan kelompok usaha kain sasirangan di desa-desa gambut. Dukungan itu direalisasikan dengan banyak melibatkan kelompok usaha untuk mempromosikannya ke khalayak luas.

Menurut Pembina UMKM Kain Batik Sasirangan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Hj Nursidah, kualitas kain batik sasirangan karya masyarakat desa gambut dinilainya cukup baik dan laku di pasaran. Bahan yang digunakan untuk memproduksi kain sasirangan tersebut mudah didapatkan sehingga mempercepat kerja para pengrajin.

Memang, kata dia, menggunakan pewarna alami cenderung tidak ‘ngejreng’ seperti pada kain sasirangan yang diwarnai oleh warna buatan. Namun, soal kualitas dia menjamin sangat baik untuk digunakan.

“Salah satu bahan yang paling mudah ditemukan misalnya dari buah mengkudu. Itu kan banyak di desa kami,” ucap Ketua PKK Kabupaten Balangan ini.

Seorang anggota kelompok usaha kain sasirangan di Desa Teluk Karya Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Laila Hayati menceritakan, pembinaan yang dilakukan BRG kepada masyarakat desa Teluk Karya telah membangkitkan ekonomi warga.

Anggota kelompok yang berjumlah 21 orang itu kini lebih semangat karena mendapatkan tambahan pendapatan yang mencukupi untuk kehidupannya.

Dalam satu bulan kelompoknya bisa mendapatkan 10 juta rupiah.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas