Berinovasi dan Penuh Perjuangan, Ini Kisah Inspiratif Pelaku Wisata Bertahan Hadapi Pandemi
Pandemi membuat banyak para pelaku pendukung pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terdampak kegiatan perekonomiannya
TRIBUNNEWS.COM - Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang begitu terdampak karena pandemi Covid-19. Padahal sebelum hantaman pandemi, sektor pariwisata dinilai memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pendapatan devisa negara, termasuk dalam penciptaan lapangan kerja.
Mengutip Kontan, Senin (18/1/2021), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memproyeksikan bahwa industri pariwisata mengalami kerugian Rp50 triliun per bulan. Proyeksi kerugian ini mayoritas bersumber dari industri pendukung pariwisata seperti UMKM, pangan, transportasi, ekonomi kreatif, dan lainnya.
Hal ini pun menunjukkan bahwa banyak para pelaku pendukung pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terdampak kegiatan perekonomiannya. Meski demikian, tak sedikit pula dari para pelaku wisata tersebut yang mencoba bangkit dan menjalani berbagai cara untuk dapat beradaptasi dan bertahan di tengah masa krisis ini.
Berikut beberapa kisah inspiratif yang penuh perjuangan dari para pelaku wisata di berbagai daerah #DiIndonesiaAja.
Zulkan, driver pariwisata yang banting setir jadi penjual teh talua
Kisah pertama datang dari driver pariwisata asal Agam, Sumatera Barat, Zulkan (54). Sepi pengunjung akibat pandemi membuat ia banting setir menjadi pengusaha kuliner.
Di atas sepetak tanah miliknya, dibarengi kemampuan memasak yang ia miliki, Zulkan pun mendirikan Pondok Teh Talua Tapai Luak Ladang dengan menu andalan teh talua. Ditemani segelas teh talua yang lezat, di kedai ini para pengunjung bisa menikmati hamparan luas sawah yang hijau dan menenangkan.
Zulkan mengaku bahwa dirinya pun tidak menyangka jika jalan hidupnya akan beralih menjadi seorang pengusaha kuliner. Meskipun masih mengembangkan usaha yang dijalaninya dan sempat sepi pengunjung saat awal masa PPKM, ia tetap optimis kondisi ekonomi masyarakat akan membaik seperti sebelumnya.
Pelaku Ojek Wisata Gunung Kelud
Bicara soal bertahan di kala pandemi, kisah para pelaku ojek wisata di Gunung Kelud, Jawa Timur, mungkin bisa menjadi gambaran nyata.
Pandemi Covid-19 mulai tahun 2020 membuat wisata Gunung Kelud harus tutup selama setahun lamanya dan membuat mereka sama sekali tak mendapatkan penghasilan.
Saat kembali buka di tahun 2021, Wakil Ketua Perkumpulan Among Karyo Satrio Kelud, Bagio, mengatakan pihaknya semaksimal mungkin untuk patuh protokol kesehatan.
"Sebagian wisatawan ini sudah menyadari dan patuh dengan protokol. Tetapi ketika menemukan wisatawan tak pakai masker kita sudah menyediakan masker untuk mereka," tuturnya.
Bagio menjelaskan, ia bekerja sebagai tukang ojek di wisata Kelud mulai dari 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. "Untuk tarif yang dikenakan per orang pulang pergi Rp 50 ribu. Tetapi kalau ada rombongan minimal 5 orang, bisa Rp 40 ribu rupiah," terangnya.
Mantan Pengusaha Travel yang Kini Berjualan Sei Sapi
Kisah lainnya datang dari Randy Eka Permana Putra. Pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 membuat usaha agen travel yang ia dirikan 6 tahun lalu ini terpaksa gulung tikar. Merugi sekitar 200 juta rupiah, ia pun harus menjual aset dan meminjam dari bank untuk mengembalikan uang dari pelanggan.
Walaupun mengalami kebangkrutan, lantas tak membuat Randy patah arang. Ia akhirnya mencoba mencari kesempatan usaha lain, lalu akhirnya memutuskan membuka usaha Sei Sapiku.
Tak hanya itu saja, berniat membantu meringankan beban Pemerintah untuk mengurangi pengangguran, pemuda asal Surabaya ini juga membukan gerai gawai bernama seluler Ibros.
Randy pun berpesan, di masa pandemi ini masyarakat jangan selalu mengeluh dan harus melihat peluang dari segala kondisi dan situasi yang ada. “Ketika membuka usaha maka kita harus bisa dipercaya dan amanah, serta menerapkan prinsip ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi),” ujar Randy.
Pengusaha Suvenir Asal Bali, Made Suparta
Sebelum pandemi, Made Suparta merupakan seorang pengusaha garmen asal Bali yang memproduksi suvenir kaus bertuliskan “Bali” yang biasa ditemukan di pasar-pasar serta toko cenderamata di Bali, seperti Toko Krisna Oleh-Oleh, Pasar Seni Sukawati, Bedugul, Kuta, dan Tanah Lot.
Mampu memproduksi kaus hingga 1.000 pcs per hari sebelum pandemi, usahanya tersebut menghasilkan omzet mulai dari Rp30 juta hingga Rp50 juta per bulan. Ia bahkan mampu mempekerjakan karyawan hingga 35 orang.
Namun, semenjak pandemi berlangsung, usahanya tersebut terpaksa harus gulung tikar. Tidak hanya itu, pandemi juga membuatnya tidak memiliki penghasilan apa pun. Hal tersebut dikarenakan, berkurang secara drastisnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali, sehingga suvenir kaus yang diproduksi tidak memiliki konsumen.
Meski demikian, cobaan pandemi ini tak membuatnya putus asa dan lantas pasrah akan keadaan. Made Suparta pun sedikit demi sedikit kembali menata kehidupannya dengan mendirikan usaha kecil-kecilan di bidang kuliner.
"Untuk hidup bergantung pada kuliner nasi jinggo. Saya coba belajar memulai kuliner dengan membuka nasi jinggo karena nasi kebutuhan dasar. Harga murah, menu yang lengkap, karena itu kebutuhan pasti mereka beli," ujar Made Suparta dikutip dari Tribun Bali, Jumat (3/9/2021).
Dari beberapa kisah tersebut, dapat dilihat bahwa para pelaku wisata yang terdampak pandemi berusaha untuk berjuang agar dapat beradaptasi dengan kondisi pandemi ini. Senada dengan itu, Menparekraf Sandiaga Uno pun mengatakan bahwa untuk bertahan di masa pandemi para pelaku wisata mesti melakukan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Yang berinovasi bukan kita saja. Kita bisa inovasi produk dan regulasi, tapi harus jadi fasilitator inovasi ekosistem parekraf. Ekosistem itu yang akan bersama-sama tumbuhkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf),” ujar Sandiaga, dikutip dari Kontan.
Disamping itu, semangat untuk membangkitkan dan terus berjuang dalam memajukan geliat perekonomian nasional khususnya dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga selaras dengan momentum Hari Pariwisata Sedunia yang jatuh pada tanggal 27 September 2021 mendatang.
Di tengah pandemi Covid-19, Sandiaga juga menjelaskan bahwa penerapan standar protokol kesehatan CHSE untuk setiap destinasi wisata dan usaha produk kreatif lokal perlu dilakukan. Hal tersebut merupakan bagian dari adaptasi sektor ini dengan situasi kenormalan baru. Selain itu, industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga perlu beradaptasi dengan menargetkan pasar pada wisatawan nusantara (wisnus).
Selain Pemerintah dan para pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, kontribusi dan kolaborasi seluruh masyarakat Indonesia juga menjadi hal penting dalam proses pemulihan sektor ini. Misalnya saja dengan melakukan #BeliKreatifLokal dari UMKM dan jenama lokal secara online.
Selain itu, dengan segera melakukan vaksinasi lengkap untuk meminimalisir penyebaran virus juga menjadi bentuk kontribusi kamu untuk membantu sektor parekraf perlahan dapat kembali menggeliat. Terlebih, vaksinasi juga menjadi salah satu syarat untuk berwisata yang aman dan menyenangkan di waktu mendatang, lho!
Meskipun masih harus melakukan berbagai aktivitas #DiRumahAja, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas seru seperti ikutan kuis dari Pesona Indonesia bertajuk PUKIS, Pesona Punya Kuis yang akan diselenggarakan setiap hari Selasa.
Cara ikutannya juga mudah karena kamu cukup follow akun Instagram @pesonaid_travel, lalu like unggahan PUKIS terbaru dan tulis jawaban dari pertanyaan pada kolom komentar. Jangan lupa juga mention 3 teman dan ajak untuk ikutan kuis PUKIS, karena akan ada beragam hadiah menarik untuk para pemenang.
Selain untuk ikutan kuis PUKIS, dengan follow akun Instagram @pesonaid_travel kamu juga bisa mendapatkan berbagai informasi menarik mengenai pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Yuk, berkolaborasi bersama untuk memulihkan industri pariwisata Indonesia!
Penulis: Nurfina Fitri Melina/Editor: Firda Fitri Yanda