Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Makanan Ikonik Jepang yang Ternyata Berasal dari Negara Lain: Apa Saja?

Beberapa makanan ikonik yang kita kenal sebagai masakan Jepang sebenarnya memiliki asal-usul yang berbeda.

Penulis: Ambar Purwaningrum
zoom-in 4 Makanan Ikonik Jepang yang Ternyata Berasal dari Negara Lain: Apa Saja?
Luc Bercoth /Unsplash
Salmon sushi, satu makanan ikonik Jepang yang ternyata berasal dari luar negeri. 

Namun, sebelum menjadi ikon mega Jepang seperti sekarang, ramen berasal dari masakan Cina. 

Kata "ramen" sendiri berasal dari bahasa Mandarin lamien, yang berarti "mi yang ditarik." 

Ada beberapa teori mengenai kemunculan pertama ramen. Diperkirakan pada tahun 1859, duta besar China Zeng Gongliang memperkenalkan mi ini kepada Kaisar Jepang.

Pada akhir abad ke-19, seiring semakin banyak imigran Cina tiba di Jepang, kawasan China di kota-kota pelabuhan seperti Yokohama mulai bermunculan, dan ramen cepat menjadi populer. 

Saat itu juga, Jepang mencabut larangan makan daging yang telah berlaku selama 1200 tahun. 

Keyakinan Buddha dan serangkaian dekrit kekaisaran telah melarang konsumsi hewan selain ikan — tetapi kini daging seperti sapi dan babi bisa ditambahkan ke ramen, membuka pintu baru untuk eksperimen kuliner. 

Tulang babi menghasilkan kaldu tonkotsu yang kaya umami, dan daging perut babi ala Cina, chashu, menjadi topping asap yang masih populer hingga kini.

BERITA REKOMENDASI

3. Tempura

Tempura, satu makanan ikonik Jepang
Tempura, satu makanan ikonik Jepang (bady abbas /Unsplash)

Asal-usul tempura dapat ditelusuri kembali ke Portugal. 

Pada abad ke-16, ketika misionaris Portugis datang ke Jepang, mereka membawa ajaran Kristen, tetapi juga membawa hidangan dan metode memasak Eropa. 

Satu metode tersebut adalah membalut makanan dengan tepung sebelum menggorengnya. 

Selama Prapaskah, ketika umat Katolik tidak mengonsumsi daging, Portugis sering menggoreng kacang dan sayuran.


Nagasaki memberikan sentuhan mereka sendiri pada konsep ini pada akhir abad ke-16 dengan mencampurkan gula ke dalam tepung, dan menambahkan sake ke dalam adonan yang kental dan berbumbu. 

Bahan-bahan tersebut kemudian digoreng dalam lemak hewan. Hasilnya mirip dengan gorengan Eropa.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas