Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Matcha Langka di Jepang, Mengapa Konsumsi Berlebihan Bisa Jadi Masalah?

Merek teh Jepang yang menjual bubuk matcha kini kesulitan memenuhi permintaan yang sangat tinggi baik di toko fisik maupun online mereka. 

Penulis: Ambar Purwaningrum
zoom-in Matcha Langka di Jepang, Mengapa Konsumsi Berlebihan Bisa Jadi Masalah?
Pexels/NipananLifestyle.com
Ilustrasi minuman matcha khas Jepang. 

Dampak Terhadap Merek Matcha Jepang 

Sejak bulan Oktober, beberapa perusahaan berusaha untuk menjaga persediaan mereka. 

Toko khusus di Tokyo dan Kyoto mulai membatasi pembelian satu item per orang, terutama untuk rasa yang paling dicari. 

Pada 5 September, Ippodo mengumumkan kenaikan harga untuk produk matcha mereka. 

Marukyu Koyamaen melakukan hal yang sama pada bulan Oktober dan memperingatkan pelanggan untuk tidak melakukan pembelian online untuk tujuan dijual kembali.

Beberapa tempat di luar negeri juga mulai memberlakukan pembatasan serupa. 

Kafe dan pengecer di Sydney mulai mengenakan batasan pembelian, dan menurut The Strait Times, bisnis di Singapura telah menaikkan harga produk matcha hingga 15 persen sejak pertengahan Oktober.

Matcha Jepang yang sedang diolah.
Matcha Jepang yang sedang diolah. (Pexels/Charlotte May)
Berita Rekomendasi

Mengapa Matcha Begitu Populer di Luar Negeri? 

Meskipun camilan rasa matcha seperti KitKat sudah lama menarik perhatian wisatawan di Jepang, minuman teh tradisional ini baru-baru ini mengalami lonjakan penjualan yang luar biasa. 

Ekspor teh Jepang — termasuk matcha — mencapai ¥29,2 miliar pada tahun 2023, yang merupakan dua kali lipat dari jumlah yang tercatat pada tahun 2019.

Daya Tarik Visual di Instagram 

Satu alasan utama lonjakan permintaan matcha secara global adalah media sosial.

Pada puncak budaya foodies di Instagram pada pertengahan 2010-an, makanan penutup dan hidangan brunch harus tidak hanya enak, tetapi juga menarik secara visual untuk menonjol di tengah lautan makanan yang sudah ada. 

Restoran dan kafe di kota-kota besar tidak bisa lagi hanya mengandalkan rasa atau manfaat kesehatan untuk menarik perhatian pelanggan — makanan perlu "Instagramable" agar mendapat perhatian.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas