Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pelajar Indonesia di Malaysia Protes Dikti

Lima belas ribu pelajar dari Indonesia yang belajar di berbagai perguruan tinggi di Malaysia mulai program sarjana hingga jenjang doktoral.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Pelajar Indonesia di Malaysia Protes Dikti
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM - Saat ini ada sekitar lima belas ribu pelajar dari Indonesia yang belajar di berbagai perguruan tinggi di Malaysia mulai program sarjana hingga jenjang doktoral. Ada tiga faktor penyebab ramai pelajar Indonesia berbondong-bondong bejajar di negeri jiran ini.

Pertama, pemerintah Malaysia memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran dengan biaya murah. Kedua, fasilitas pendidikan yang lengkap, modern dan boleh diakses selama 24 jam. Ketiga, jarak ke Indonesia yang cukup dekat dan sarana transfortasi yang murah. Menurut Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Kuala Lumpur, Mulya Wirana, di Malaysia terdapat lebih dari seratus lima pulu ribu pelajar internasional, termasuk dari Indonesia. Pelajar dari Indonesia terdiri dari dosen, profesional, pegawai pemerintah, dan alumni SMA.

Di antara pelajar Indonesia ini, sebagian besar belajar dengan modal nekat, artinya tidak punya persiapan keuangan yang memadai. Sehingga banyak diantara mereka yang bekerja sambil belajar. Sedangkan untuk mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia, sangat sulit. Karena pihak Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, tidak mengalokasikan beasiswa pendidikan luar negeri khusus untuk Malaysia. Kalau pun ada yang mendapat, diduga karena ada faktor lain.

Atas keadaan ini, Kholid, pelajar Ph.D. Universiti of Malaya, mengatakan kekecewaannya kepada Dirjen Dikti. Menurutnya, pendidikan di Malaysia tidak kalah bagus mutunya dibanding perguruan tinggi di Eropa dan Australia. Sebab beberapa perguruan tinggi di Malaysia sudah masuk dalam jajaran perguruan tinggi terkemuka di dunia. Menurutnya, satu orang doktor di Eropa yang dibiayai oleh Dikti, sebanding dengan menyekolahkan sepuluh orang doktor di Malaysia dengan kualitas dalam sepadan.

Hal ini terungkap dalam dialog kebangsaan yang digelar Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Malaysia di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia, Jl. Tun Razak, Kuala Lumpur, kemarin (Sabtu, 13 Agustus 2011) yang dilanjutkan dengan buka puasa. Dialog ini menghadirkan dua orang anggota DPR RI yakni Ir. H. Tjatur Sapto Edy, M.T. dari Komisi III dan Ir. Muhammad Najib, M.Sc. dari Komisi I. Hadir pula atase pendidikan Prof. Drs. Rusli, Ph.D., Zulham Efendi, Ketua PPI, dan ratusan pelajar Indonesia dari seluruh perguruan tinggi di Malaysia. Siang harinya, kedua anggota DPR tersebut juga mengadakan kegiatan serupa di kampus UKM, Bangi.

Persoalan lain yang muncul adalah, pemotongan tunjangan fungsional dan sertifikasi dosen yang belajar di luar negeri. Pemotongan ini dianggap tidak mendukung pelajar yang menimba ilmu. Sebab belajar dan mengajar adalah proses yang sama-sama untuk mencerdaskan dan menambah wawasan para dosen untuk dipergunakan dalam rangka transfer ilmu pengetahuan. Lagi pula adanya bantuan yang diterima pelajar adalah untuk mendukung kegiatan selama dalam pendidikan. Sementara dana tunjangan dan sertifikasi dosen adalah untuk kesejahteraan dosen yang bersangkutan bersama keluarganya.

Atas persoalan ini, kedua anggota DPR dari Fraksi Amanat Nasional ini berjanji akan menelusuri fakta tersebut ke Menteri Pendidikan Nasional . Secara berseloroh, Muhammad Najib mengatakan mungkin karena sebagian besar pejabat di Dikti berasal dari perguruan tinggi di Eropa, sehingga mereka tidak tahu kualitas pendidikan di Malaysia. Setelah mendapat informasi dari pelajar dan mengunjungi bebeberapa perguruan tinggi, keduanya sepakat bahwa perguruan tinggi Malaysia tidak kalah dengan perguruan tinggi lainnya di luar negeri. Bahkan Tjatur Sapto Edy yang juga wakil Ketua Komisi III Bidang Hukum ini menyatakan berniat untuk mengambil program doktor di Universiti Kebangsaan Malaysia.

Berita Rekomendasi

Haidir Fitra Siagian

Pelajar PhD Universiti Kebangsaan Malaysia/Dosen UIN Alauddin Makassar, Melaporkan dari Kampus UKM, Bangi, Selangor Darul Ehsan Malaysia, 14 Agustus 2011

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas