Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Capres Visioner
Ssaat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, kita sering disuguhi aksi pencitraan dilakukan oleh sejumlah nama tokoh nasional
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Meski kurang setahun lagi digelar, saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, kita sering disuguhi aksi pencitraan dilakukan oleh sejumlah nama tokoh nasional yang memunculkan dirinya dalam bursa Calon Presiden 2014. Entah yang bersangkutan sudah mendapat dukung partai politik atau yang masih mencari dukungan partai untuk masuk bursa capres 2014. Sayangnya di antara para capres yang rajin pasang aksi pencitraan untuk mencari simpati publik ini masih bergaya dengan lagu lama. Sementara selera rakyat sudah semakin cerdas dan kritis dalam memilah dan memilih mana yang sekadar misi pencitraan mencari simpati publik.
Di tengah terjadinya krisis kepemimpinan dan krisis-krisis multidimensional lainnnya, rakyat Indonesia berharap dan mendambakan siapa pun Calon Presiden 2014 yang terpilih dalam Pilpres 2014 mampu membawa perubahan kehidupan mayarakat lebih baik. Di pundak presiden terpilih inilah, nasib, harapan, dan masa depan bangsa dipertaruhkan, mau dibawa ke mana negeri ini. Siapapun capresnya, yang kita butuhkan adalah presiden yang punya visi ke depan yang membawa perubahan menuju Indonesia baru.
Setelah tumbangnya rezim Orde Baru kepemimpinan Presiden Soeharto, belum satupun presiden pengganti produk Orde Reformasi yang dalam kepemimpinannya membawa gagasan visioner, mau di bawah ke mana masa depan bangsa Indonesia, tidak jelas. Di sini karakter kepemimpinan seorang presiden diperlihatkan.
Selama pemerintahan produk Orde Reformasi, dari nama-nama yang pernah menyandang jabatan presiden belum secara tersirat melahirkan gagasan strategi kebudayaan. Bagaimana bangsa ini akan mampu bersaing dengan bangsa lain jikalau pemimpinnya tidak memiliki agenda stretegi kebudayaan sebagai langkah dan dasar pijakan menapak menghadapai tantangan masa depan menuju Indonesia baru.
Saat ini bangsa Indonesia butuh dipimpin oleh pemimpin yang visioner, pemimpin yang punya visi ke depan yang mampu membawa perubahan, pemimpin yang mampu mengembalkan kedaulatan martabat kita sebagai bangsa besar. Untuk itu kita butuh pemimpin yang punya wawasan dan visi kebudayaan, dan memiliki strategi kebudayaan.
Sudah saatnya bangsa ini giliran dipimpim oleh pemimpin yang memiliki gagasan besar yang bernama “Strategi Kebudayaan” untuk membawa perubahan Indonesia baru yang siap menghadapi tantangan zaman globalisasi. Dengan gagasan besar bernama “Strategi Kebudayaan” inilah yang nantinya akan menjadi tuntunan dan arahan untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa ini.
Siapapun nama-nama capres yang bakal maju dalam Pilpres 2014 tidak hanya mengandalkan pencitraan semata. Rakyat sudah cerdas dan kritis, mana capres yang visioner, mana yang sekadar mengandalkan pencitraan.
Rakyat Indonesia saat ini rakyat Indonesia butuh presiden yang visioner, punya visi ke depan yang mampu membawa perubahan kehidupan masyarakat lebih baik dan sejahtera. Rakyat Indonesia butuh Calon Presiden 2014 yang punya visi strategi kebudayaan untuk membawa perubahan bangsa ini menuju Indonesia baru yang bermartabat dan berdaulat. Karena mana mungkin sebuah bangsa akan maju jika dipimpin oleh pemimpin yang tidak visioner dan tidak memiliki strategi kebudayaan, lalu mau dibawa ke mana bangsa dan negeri ini.
Saya pun tidak peduli dan tidak pula mempersoalkan siapa itu sosok Prabowo Subianto. Ketertarikan saya terhadap capres yang diusung oleh Partai Gerindra ini lantaran paparan gagasan visoner tentang visi kebangsaan dan kebudayaannya, mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar dan berdaulat. Visi ini mengingatkan kita pada spirit yang dibangun oleh leluhur founding father kita yaitu Gajah Mada dengan semangat Sumpah Palapa-nya dan Bung Karno dengan doktrin Trisakti-nya, dan atau spirit WR Supratman dengan lagu Indonesia Raya-nya, guna mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berdaulat.
Kita pun tidak bisa berandai-andai siapa bakal capres 2014. Tapi setidaknya kita dapat berasumsi bagaimana kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar dan berdaulat bisa diraih kembali kalau calon atau presidennya tidak memiliki gagasan visioner, tidak punya visi kebangsaan, tidak punya visi dan strategi kebudayaan.
Di saat seperti ini, di saat kita sedang mengalami krisis kepemimpinan dan krisis-krisis multidimensional lainnya, termasuk melunturnya semangat nasionalisme, kita butuh figur seorang pemimpin yang juga memiliki spirit nasionalisme yang pernah dibangun oleh oleh leluhur founding father kita yaitu Gajah Mada dengan semangat Sumpah Palapa-nya dan Bung Karno dengan doktrin Trisakti-nya, dan atau spirit WR Supratman dengan lagu Indonesia Raya-nya, guna mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berdaulat.
Di antara bursa nama-nama tokoh nasional atau partai politik yang memunculkan diri sebagai Calon Presiden 2014 belum menunjukkan dirinya tampil dengan gagasan visioner terutama dalam hal menyangkut visi kebangsaan dan kebudayaan, selain Prabowo Subianto dengan gagasan visionernya gerakan Indonesia Raya.
Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi).