Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Abdul Jalil, Pembangun Sebuah Masjid
Sudah lebih dari dua pekan kami berada di Tanah Suci, sejak meninggalkan ibukota 16 September lalu
Editor: Toni Bramantoro
Orang itu kemudian melanjutkan, "Saya suka Indonesia..".
'Moment opname' itu menjadi bahan diskusi dan pemikiran hingga di foodcourt Zamzam. Di situ, saya duduk satu meja bersama suami-istri Abdul Jalil dan Sri Lukinawati.
Mereka jemaah haji asal Samarinda, Kaltim. Mereka menunaikan ibadah haji dengan anak tunggalnya, Wildan, yang kuliah di Malang.
Saat berbincang-bincang itu Wildan sedang tak bersama orangtuanya.
Saya sempat menyangka Wildan ini salah satu pemain sepakbola dari Jakarta Matador Football Club yang didirikannya hampir lima tahun lalu. Tetapi, setelah diperlihatkan fotonya, ternyata Wildan yang lain.
Yang pasti, dua Wildan itu sama-sama suka sepakbola.
Akan halnya Abdul Jalil, ayah Wildan, dia ini ternyata seorang pedagang. Akan tetapi, dia tak mau berterus terang, berniaga apa."Saya tinggal di Samarinda, tetapi sering bolak-balik Samarinda, Probolinggo dan Banyuwangi. Tetapi KTP kami Samarinda," begitu cerita Abdul Jalil.
Keluarga Abdul Jalil ini baru kali pertama juga ke Tanah Suci. Mereka berhaji setelah menunggu sekitar empat tahun melalui ONH Plus.
Meski baru berkenalan, Abdul Jalil tak sungkan untuk berterus terang meminta doa dari saya agar pembagunan masjid yang tengah dilakukannya bisa segera selesai.
Menurut ceritanya, masjid itu dibangun di atas tanah seluas 21 x 30 meter di desa Telagawangun, Probolinggo, Jatim.
Desa ini letaknya hanya sekitar tujuh km dari PLTU Paiton yang sangat terkenal itu. Ironisnya, tak ada bangunan masjid lain hingga lebih dari dua km dari masjid yang dimiliki Abdul Jalil itu.
"Ada orang di desa itu yang mengaku kalau selama 40 tahun lebih dia tak pernah sholat di masjid..," ungkap Abdul Jalil.
Tanah untuk pendirian masjid itu dibeli sendiri oleh Abdul Jalil dengan memperhitungkan syariah Islam.
Dananya dari hasil keuntungan halal berniaga yang sedikit demi sedikit dia kumpulkan. Demikian juga kemudian dengan proses pembangunannya.