Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Abdul Jalil, Pembangun Sebuah Masjid
Sudah lebih dari dua pekan kami berada di Tanah Suci, sejak meninggalkan ibukota 16 September lalu
Editor: Toni Bramantoro
Namun, Abdul Djalil bertekad, dana pembangunan masjid ini benar-benar harus yang diridloi oleh Allah SWT.
"Sudah hampir setahun berjalan. Tinggal kubahnya," tutur Abdul Jalil.
Walau demikian, masjid sudah bisa dimanfaatkan. "Bisa memuat sampai 50 orang," katanya.
Subhannallah, saya membatin. Membangun atau mendirikan masjid adalah perbuatan maha-mulia. Sudah banyak orang yang melakukannya, dan semoga tak putus-putus.
Demikian halnya dengan Abdul Jalil, yang mungkin bukan peniaga akbar, akan tetapi memiliki jiwa dan kebanggaan yang besar.
Abdul Jalil bisa jadi adalah sosok sederhana yang tersemangati oleh kemuliaan sifat Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baik orang di dunia ini. Beliau senantiasa khusyu dan kembali kepada Tuhan-Nya, tidak suka pada kesombongan, bahkan beliau adalah orang yang paling rendah hati dan orang yang paling takut kepada Tuhan-Nya.
Akhlak pemurah, seperti tercermin dari perbuatan mulia Abdul Jalil, termasuk akhlak para nabi dan ajaran para rasul.
Saya amat tersentuh dengan perjuangan Abdul Jalil ini. Ditengah-tengah percakapan itu berulangkali saya menyatakan kepada kenalan baru saya itu bahwa saya juga punya cita-cita membangun masjid.
* Heru Pujihartono dari Mekkah, pemilik Jakarta Matador Football Club (JMFC) dan perusahaan katering Nendia Primarasa.