Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Alasan Sesat Warga Buang Pembalut Wanita, BH dan Popok Bayi di Sungai Sekayu, Ponorogo
Inilah alasan menyesatkan warga membuang pembalut wanita dan popok bayi ke Sungai Sekayu di Ponorogo. Pemda berkewajiban meluruskan dan mengedukasi.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Judul diatas sudah mengalami 4-5 kali perubahan,
"Mengapa Para Wanita Membuang Pembalut Bekas Di Sungai?",
"Alasan Mereka Membuang Pembalut dan Popok di Sungai",
"Jenis Sampah Yang Dibuang di Sungai, dan Alasan Membuangnya",
"Banyak Pembalut, BH, Pakain Dalam Bertebaran Di Sungai Sekayu,".
Akhirnya dengan pertimbangan dan alasan tertentu saya lebih memilih "Alasan Mereka Membuang Pembalut dan Popok ke Sungai" sebagai judul.
Gambar di atas adalah gambaran sungai Sekayu tepatnya di ujung jl. Imam Bonjol Ponorogo, sungai ini sekitar 1 km dari alun-alun Ponorogo atau pusat kota.
Sampah berserakan di dasar Sungai Sekayu yang sedang kering karena kemarau di Ponorogo.
Sungai Sekayu ini sungai terbesar dan menjadi induknya sungai-sungai di kawasan Ponorogo, dari sungai kecil-sungai kecil menyatu dan mengalir ke sungai ini.
Selanjutnya sungai ini menyatu dengan sungai di Madiun yang disebut bengawan Madiun, dari bengawan Madiun akhirnya menyatu dari aliran Bengawan Solo.
Sungai ini kalau musim kemarau kering seperti gamabar-gambar di tulisan ini dan hanya genangan air dari selokan perumahan warga sekitar. Namun kalau penghujan air seringkali meluap sampai atas jembatan.
Awalnya biasa saja, tak mengusik hasrat saya untuk memotret meski saban hari 4-10an kali melintasi jembatan ini. Berkali-kali tadi pagi saya perhatikan banyak pengendara motor melemparkan bungkusan berupa tas kresek ke sungai dari jembatan sambil melintas.
Begitu juga beberapa mobil memperlambat jalannya dan membuka jenda kaca mobilnya dan lagi-lagi melempar bungkusan plasti ke dasar sungai.
Sayapun meminggirkan motor dan segera menuju ke sungai, jalanan curam memaksa harus hati-hati, bau busuk menyengat meski masih dibibir sungai sebelah atas, berkali-kali tenggorokan seperti dikorek, rasa pengin muntah akibat bau busuk dari dalam sungai, dan akhirnya saya melepas kaos yang saya pakai yang saya fungsikan sebagai masker untuk menutup hidung dan mulut.
Sampah menumpuk dan berserakan dibawah jembatan, lalat dan hewan kecil-kecil lainya berpesta pora, mereka berterbangan ketika saya berusaha mendekat. Apa yang mereka kerumuni?