Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Alasan Sesat Warga Buang Pembalut Wanita, BH dan Popok Bayi di Sungai Sekayu, Ponorogo
Inilah alasan menyesatkan warga membuang pembalut wanita dan popok bayi ke Sungai Sekayu di Ponorogo. Pemda berkewajiban meluruskan dan mengedukasi.
Editor: Agung Budi Santoso
Tanpa saya harus membolak-balik sampah semua sudah nampak, kantong-kantong plastik yang berisi sampah, karung goni yang juga berisi sampah.
Dari keseluruhan kantong plastik atau karung pembungkus hampir 80% berisi pembalut wanita, popok disposible bayi, pakain dalam. Tempat ini mirip pasar pakain barus saja usai diterjang angin topan sehingga pakaian-pakaian dalam nya berterbangan kesana-kemari.
"Bruooooooooooook......" barang jatuh dari atas yang hampir menjatuhi saya. saya berusaha mendekat dan saya amati lagi-lagi berisi popok bayi dan pembalut wanita.
Saya liat dari bawah seorang perempuan segera menyetater kembali motornya setelah membuang sampah dari pagar jembatan.
Baru saja perempuan tersebut berlalu tampak anak berbaju SMA melemparkan lagi kantong plastik dari atas, "Bruoooooook....." lagi-lagi hampir mengenai saya lagi. T
ak jauh berbeda isinya pakain dalam seperti gambar di bawah dekat kaki saya. Pagi tadi mirip hujan, bukan hujan air namun hujan sampah, sampahnyanpun lucu hanya popok, pembalut wanita, dan pakaian dalam.
"Mengapa Mereka Membuang Pembalut dan Popok di Sungai??" tanya saya saban ada barang jatuh dari atas jembatan.
Saya kembali naik ke atas, saya menunggu mereka yang membuang sampah. Tak lama kemudian ada anak seusia SMP lagi-lagi membuang sampah dan saya berusaha mengikutinya sambil berkendara di sampingnya yang sama-sama memakai motor.
"Dik kok mbuang sampahnya di sungai, kan di utara jembatan ada bak sampah?" tanya saya sambil berkendara.
"Oleh mama suruh buang di sungai Om...." jawabnya sambil berkendara juga.
"Sampah apa kok mama nyuruhnya harus dibuang ke sungai?" tanya saya lagi
"Pampers bekasnya adik sama pembalut bekas Om..." katanya sambil dia menghentikan motornya persis di depan bak sampah yang hanya berjarah 25-an meter dari jembatan, Dia ingin membuang sampah yang masih 1 bungkus lagi.
"Kalau yang ini sampah apa?" tanya saya penasaran lagi.
"Ini sampah dapur Om...., kalau sampah dapur mbuangnya suruh mbuang di tempat sampah, dan yang tadi suruh di sungai biar pantat adik bayi ndak panas, biar adik bayi ndak rewel kata mama....." jawabnya panjang.