Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kontemplasi Pemilihan Capim KPK: Mencari Manusia Setengah Dewa

Penegak keadilan itu harus manusia yang bebas merdeka. Tidak menjadikan manusia lain yang memiliki kekuasaan politik lebih besar sebagai Tuhannya.

zoom-in Kontemplasi Pemilihan Capim KPK: Mencari Manusia Setengah Dewa
Tribunnews.com/Wahyu Aji
Viva Yoga Mauladi 

Ditulis oleh : Politikus Partai Amanat Nasional, Viva Yoga Mauladi

TRIBUNNERS - Penegak keadilan itu harus manusia yang bebas merdeka. Tidak menjadikan manusia lain yang memiliki kekuasaan politik lebih besar sebagai Tuhannya, tunduk, patuh, kepala lunglai.

Jika ada yang bersikap demikian, maka yakinlah bahwa penegak keadilan akan menjadikan hukum sebagai alat, tameng, dan jalan untuk tujuan di luar prinsip keadilan. Bisa untuk meraih kekuasaan, juga untuk mencetak fulus.

Apalagi jika ada penegak hukum menjadi hamba dari kekuasaan ekonomi, maka hukum akan menjadi barang dagangan dan akan menjadi barang antik yang dikendalikan oleh harga penawaran tertinggi. Hukum di lelang.

Penegak keadilan yang belum terbebas dari nafsu duniawi akan menjadikan institusinya sebagai alat kepentingan yang bisa mencapai tujuannya, uang, kekuasaan, dan pesona diri.

Banyak peristiwa kelam untuk itu. Apakah nanti penegakan hukum akan berubah dan berganti menjadi torehan emas ? Ya semoga saja, meski perjuangan tidak mudah.

Penegak keadilan itu bukan manusia biasa. Ia manusia khusus, bak manusia setengah dewa. Manusia makrifat, yang maqomnya di atas manusia biasa.

BERITA REKOMENDASI

Karena ia harus mengetahui dirinya sendiri, mengetahui hidupnya dan tujuan hidupnya ke arah mana. Dalam bahasa kaum sufi, ia harus tahu nyawanya sendiri, rohnya, dan Tuhannya.

Pertanyaannya, adakah manusia penegak keadilan sekelas itu ?

Saya yakin pasti ada. Tapi di mana ia berada ? Saya belum menemukan.

Kekuasaan hukum haruslah dipegang oleh para wakil Tuhan di bumi pertiwi dengan kualifikasi seperti itu. Nusantara Baru akan semakin cepat terwujud jika hukum dan keadilan sudah bersenyawa menjadi satu.

Hari ini, kaum penegak keadilan telah dipilih, 5 orang. Kombinasi mosaik warna-warni, adat budaya, agama, background profesi, dan jalur lobi.

Hukum nasional itu mengabdi kepada keadilan. Janganlah tercemari oleh kepentingan kekuasaan politik dan ekonomi yang bersifat destruktif dan distorsif.

Jika anda on the track, berpegang pada garis kehanifan, maka akan banyak saudara, handai taulan, bahkan orang yang pernah memilih dan menyumbangkan suaranya sehingga anda terpilih akan kecewa, hatinya terluka karena Anda tidak bisa dibeli dan susah diajak kompromi.

Tapi akan lebih banyak lagi yang hatinya gembira dan menyintai Anda karena Anda tidak bisa dibeli.

Sudah saatnya lembaga penegak hukum memperbanyak titik temu, common platform, atau kalimatun sawa, dalam mewujudkan keadilan hukum. Berlomba-lomba untuk menanam kebajikan, jangan berkompetisi memanen kasus demi uang, pencitraan diri, atau batu loncatan kekuasaan.

Harapan dan doa kami taburkan agar mereka menjadi manusia setengah dewa, manusia bebas merdeka, demi tegaknya keadilan di telatah Nusantara Baru.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas