Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengingat Janji Kedaulatan Pangan
Negeri yang berdaulat pangan adalah janji suci yang merefleksikan kemuliaan dan kebesaran hati. Makanan adalah karunia dari Sang Pencipta.
Penulis: irmawan syafitrianto
Editor: Yulis Sulistyawan
JANJI biasa ditagih dipenghujung kerja, awalnya berjanji kemudian bertindak dan terakhir dievaluasi, pada tahapan evaluasilah janji umumnya ditagih.
Jika janji adalah utang, maka mengingatkannya adalah sebuah kebaikan.
Seperti sepasang kekasih yang menjalin cinta dan berjanji suci sehidup semati, begitulah hubungan pemerintah dan rakyatnya.
Negeri yang berdaulat pangan adalah janji suci yang merefleksikan kemuliaan dan kebesaran hati. Makanan adalah karunia dari Sang Pencipta, dalam hal ini hak atas pangan adalah suci dan tidak dapat dibatasi.
Berdaulat pangan bukan sekedar menghasilkan pangan yang banyak dan berkualitas, tapi yang lebih penting adalah mampu memberikan jaminan tidak lapar dan tidak miskin.
Kedaulatan pangan adalah gerakan dari bawah keatas, gerakan yang berangkat dari wong cilik, petani dan nelayan tradisional, buruh tak bertanah, dan mereka yang merasakan dampak kemiskinan.
Pada deklarasi Nyeleni, forum kedaulatan pangan pada tahun 2007 di Mali, dijelaskan "Kedaulatan pangan adalah hak masyarakat untuk memperoleh makanan sehat dan sesuai dengan budaya yang dihasilkan melalui metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan hak mereka untuk menentukan pangan dan pertanian sistem mereka sendiri....".
Jika mendaulatkan berarti memerdekakan, maka pertanyaannya adalah siapa penjajahnya ?.
Seperti di film detektif, melawan kejahatan terselubung jauh lebih sulit dibandingkan melawan perampok didepan mata, apalagi jika penjahatnya membentuk sistem korporasi "perhimpunan penjahat pangan indonesia", dan tentunya lebih rumit lagi jika korporasinya masuk kedalam sistem pemerintahan.
Jika seperti itu, maka janji tinggal janji dan selamat datang kelaparan dan kemiskinan, menyedihkan, mati segan huduppun tak mau.
Nilai luhur Gotong royong pada Pancasila adalah pedoman yang mulai terpinggirkan, padahal, dengan berkerja bersama, memeras keringat bersama, kita bisa berlabuh bersama didermaga sejahtera adil dan makmur.
Pengentasan kemiskinan melalui semangat gotong royong tercermin dalam ekonomi kerakyatan. Hubungannya dengan kedaulatan pangan, ekonomi kerakyatan mampu memberikan jaminan harga pangan yang adil dan tidak lebih rendah dari biaya produksi, selain itu, ketahan pangan dapat dicapai ketika pangan diproduksi oleh mereka yang lapar dan diproduksi dari manusia lokal tanpa privatisasi.
Global Food Security Index mengukur indeks keamanan pangan di negara-negara Asia-Pasific, pada tahun 2015, Indonesia mendapat skore 46,7 (0-100) kategori menengah kebawah dan berada diperingkat 74 dari 109 negara.
Agar kembali berdaulat pangan, Sektor pertaniaan idealnya mendapatkan kembali kepercayaan untuk duduk disinggasana kehormatan seperti era swasembada beras pada tahun 80 hingga 90-an.
Di sektor perikanan, program gemar memasyarakatkan makan ikan (gemarikan) dan forum peningkatan konsumsi ikan (forikan) merupakan langkah inovatif mewujudkan kedaulatan pangan, progam yang mengedukasi masyarakat bahwa ikan adalah makanan menyehatkan dan mencerdaskan.
Sektor Kelautan-Perikanan merupakan masadepan dan karakter bangsa, tentunya jika sumberdayanya dikelola secara arif dan bijaksana. Peningkatan stok ikan diharapkan sejalan dengan peningkatan konsumsi ikan, agar tidak adalagi anak Indonesia yang kuntet kata menteri Susi.
Institusi Karantina pada Kementerian Kelautan dan perikanan merupakan instrumen perlindungan negara dan merupakan garda terdepan dalam memproteksi sumberdaya perikanan dari berbagai ancaman seperti penyakit serta agen hayati yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Sebagaimana diketahui, wabah penyakit adalah ancaman bagi peningkatan produksi perikanan budidaya.
Akhirnya, kedaulatan pangan adalah tujuan bersama yang harus difikirkan dan dikerjakan bersama. Janji sehidup semati oleh sepasang kekasih dan janji berdaulat pangan akan rapuh tanpa komitmen.
Lupa untuk dilawan jika pada tahapan evaluasi, tapi, lupa untuk diingatkan jika sedang berproses. Kapal modern dilengkapi alat navigasi super canggih untuk sampai ditujuan, kapal tradisional mengandalkan kemampuan menerjemahkan bahasa alam dan petunjuk bintang, tujuannya satu, dermaga sejahtera, adil dan makmur. Salam Pangan…
*) Penulis adalah anggota IKA-Aquatic study club of Makassar