Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Alasan Petani Kakao Sulit Dipengaruhi Menjadi Teroris

Kita miris melihat apa yang terjadi di Sarinah. Sekelompok orang sengaja berada di tempat yang cukup ramai tersebut untuk menghabisi nyawa orang lain.

zoom-in Alasan Petani Kakao Sulit Dipengaruhi Menjadi Teroris
Tribunnews.com/Eri Komar Sinaga
Calon wakil presiden, Jusuf Kalla, Kamis (12/6/2014) pagi, mengunjungi Komunitas Petani Kakao di Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat. 

Ditulis oleh : Hendra, Kakao Indonesia

TRIBUNNERS - Kita miris melihat apa yang terjadi di Sarinah. Sekelompok orang sengaja berada di tempat yang cukup ramai tersebut untuk menghabisi nyawa orang lain yang tidak berdosa.

Beruntung pihak berwenang mampu mengatasi aksi mereka sehingga tidak banyak korban yang berjatuhan.

Hanya yang menarik adalah siapakah mereka itu? Tentu saja mereka orang Indonesia, lahir di tanah tercinta ini.

Namun karena sebuah ideologi yang salah mereka memilih untuk mengorbankan hidup mereka demi menciptakan teror dengan menjadikan manusia yang memiliki wajah serta kulit yang sama. Dan menggunakan bahasa yang sama.

Lalu pertanyaannya mengapa orang-orang seperti ini muncul?

Menurut pendapat saya bahwa hanya orang yang kehilangan harapan akan hidup yang lebih baik serta memiliki wawasan yang sempit dapat dijadikan seorang teroris.

Berita Rekomendasi

Sehingga dengan asumsi demikian maka petani kakao mustahil menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Mengapa demikian?

Adanya pengharapan

Meksipun petani kakao menghadapi berbagai masalah namun perkebunan kakao layak sebuah meja judi di Vegas.

Sebuah kemenangan yang  tidak terduga dipastikan akan membuat seorang akan terus berusaha untuk menjatuhkan taruhannya.

Seorang petani kakao sering mendapatkan kejutan yang menggembirakan. Ada suatu masa mereka mendapatkan harga penjualan yang begitu mengejutkan.

Akhir tahun yang lalu petani di Bali berhasil menjual biji kakao organiknya Rp 42 ribu/kg, demikian juga petani di Kolaka berseri-seri setelah mendapatkan Rp 35 ribu/kg.

Bagi petani, meskipun perkebunan kakao kaya akan resiko namun selalu ada harapan akan kejutan di masa depan.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas