Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Alasan Petani Kakao Sulit Dipengaruhi Menjadi Teroris
Kita miris melihat apa yang terjadi di Sarinah. Sekelompok orang sengaja berada di tempat yang cukup ramai tersebut untuk menghabisi nyawa orang lain.
Harga dapat melejit dan mendadak menjadikan petani mendapatkan penghasilan yang mensejahterakan.
Beberapa petani di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dengan pendapatan dari kakao bisa menunaikan ibadah ke tanah suci, membeli mobil mewah dan menyekolahkan anak hingga sarjana.
Baginya, mengorbankan hidupnya terlalu buruk untuk kehidupan yang selalu penuh harapan.
Sementara dalam kehidupan seorang terorisme, semuanya serba pesimistis.
Mereka hidup dalam dunia yanag tidak memberikan kegembiraan, semuanya adalah dajjal. Tidak ada harapan. Sehingga kehidupan penuh keindahan ada di dunia nanti.
Sementara petani kakao hidup lekat dengan alam. Sehingga mereka mampu melihat kebersaran Tuhan dari kehidupannya sehari-hari.
Udara yang segar dan lembab. Kebun yang indah. Burung-burung yang bersarang di pohon kelapa yang menjadi penaung tanaman kakao.
Ketika Tuhan itu begitu indah, sangat agung dalam kehidupanya yang lekat dengan alam dan pertanian maka rasanya mustahil Tuhan memberikan perintah untuk menghancurkan hal yang ia ciptakan, merusak tananan.
Tuhan terlalu besar untuk dibela seorang terorisme ketika ia mampu membuat sebuah tatanan yang harmonis terbentang dalam bentuk perkebunan kakao dan pemandangan yang melatarbekalanginya.
Adanya Relasi
Ketika kakao menjadi sebuah bahan baku untuk sebuah produk global membuat petani kakao beradal dalam lingkungan yang terbuka.
Seorang petani kakao di Sulawesi sekali waktu akan bertemu dengan seorang asing yang ramah dan memberikan pengertahuan.
Orang Bugis, petani kakao asal Soppeng akan bermitra dengan seorang pedagang orang warga Tionghoa yang memiliki latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
Orang Tolaki berinteraksi dengan orang Toraja dalam tata niaga kakao. Lalu seorang dari Amerika melakukan tatap muka dengan petani kakao.