Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bank Sampah ala Ibu-ibu di Gunung Sindur, Cara Ramah Lingkungan Sekalian Hasilkan Fulus
Ibu-ibu di desa Padurenan, Gunung Sindur, Bogor, ini merintis bank sampah. Mengurangi pencemaran sekaligus hasilkan fulus.
Editor: Agung Budi Santoso

TRIBUNNEWS.COM - Daya beli yang makin memicu masyarakat bertindak lebih kreatif untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Mulai dari jadi tukang ojek online hingga membuat bisnis tanpa modal.
Salah satunya inisiatif para ibu di desa Padurenan, Gunung Sindur, Bogor.
Mereka membuat bank tanpa modal. Loh kok bisa?
Ya, ibu-ibu warga Tamansari Bukit Damai, desa Padurenan ini membentuk bank sampah bagi warga di wilayah tersebut.
Selain bertujuan mendapatkan benefit ekonomi, keberadaan bank sampah ini juga mampu mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah sampah rumah tangga.
Demikian diungkapkan pimpinan bank sampah melati bersih bougenville, Enny disela-sela launching bank sampah tersebut di pelataran balai warga Rw 07 desa Padurenan tersebut.
"Dalam peluncuran perdana bank sampah di desa padurenan ini, pihaknya telah memiliki 60 nasabah. Dan sudah dua pick up sampah yang berhasil dihimpun dari nasabah," imbuh istri ketua Rw 07, Alan Suharlan tersebut.

Para kepala rumah tangga ikut membantu bank sampah yang dirintis ibu-ibu rumah tangga di desa Padurenan, Gunung Sindur, Bogor.
Dalam sambutannya, kepala desa padurenan, Muhammad Yusuf mendukung penuh program tersebut dan dapat menjadi pelopor di wilayah Gunung Sindur.
"Gagasan yang saya buat di wilayah ini enam bulan lalu sudah mulai direalisasikan. Saya dukung penuh, dan saya himbau perusahaan-perusahan dan pelaku bisnis di wilayah yurisdiksinya, bisa menyokong dan mendukung kelancaran program ini melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)nya," harap pria yang akrab disapa ucup bule tersebut.
Selain ramah lingkungan, karena sampah plastik, besi dan alumunium bisa dipakai ulang, dikurangi dampak buruknya dan bahkan bisa didaurulang (reuse, reduce and recycle), rupiah pun mengalir lumayan.
Untuk program putaran pertama peluncuran bank sampah di lingkungan ini sudah menghasilkan uang Rp 600 ribu.
Ingat ini baru putaran perdana.
Dan mereka yang jadi nasabah sampah mendapatkan buku tabungan layaknya para nasabah di 'bank-bank sungguhan.'
Hmm, kalau buku tabungan sampahnya lumayan isi rekeningnya, kan sekalian bisa mengurangi 'nodong' suami kan?
Ramah lingkungan, sekalian ramah buat dompet suami.
Bank sampah saat ini sedang trend diseluruh Indonesia, beberapa daerah justru menjadikannya program pemerintah yang diprioritaskan.
Lukman Azis Kurniawan
Pembina Bank Sampah Melati Bersih Bougenville
081511198989

