Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kemiskinan Masih Jadi Tantangan Terbesar Asia Pasifik

Lebih dari setengah penduduk miskin dunia berada di wilayah Asia dan Pasifik. Ini menjadi tantangan terbesar, karena berakibat pada kerawanan pangan

Ditulis oleh : Info Menteri Desa

TRIBUNNERS - Lebih dari setengah penduduk miskin dunia berada di wilayah Asia dan Pasifik. Ini menjadi tantangan terbesar, karena berakibat pada kerawanan pangan dan gizi, terutama pada masa perubahan iklim.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Marwan Jafar mengatakan, ketahanan pangan dan gizi di Asia dan Pasifik harus menjadi prioritas utama dalam rencana kerja regional.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 1 dan 2, yakni mengurangi kemiskinan dan mengentaskan kelaparan.

“Mengacu kepada prioritas SDGs, saya juga ingin menekankan bahwa daerah pedesaan harus menjadi sasaran utama, dengan cara membina ekonomi lokal, kapabilitas masyarakat pedesaan, dan membangun klaster ekonomi saling terkait antar desa-kota,” ujar Marwan.

Dalam sambutannya pada Konferensi FAO (Food and Agriculture Organization) regional Asia dan Pasifik ke 33 di Malaysia, Menteri Marwan memaparkan, Indonesia sebagai Negara ke 4 dengan penduduk terbesar ke empat di dunia, juga menempatkan ketahanan pangan dan gizi sebagai isu prioritas.

Sebab, isu tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang sangat krusial bagi pembangunan nasional.

Berita Rekomendasi

“Semua didasarkan pada landasan hukum, dan dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,” ujarnya.

Menurutnya, untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan tersebut, diperlukan adannya upaya peningkatan produksi petani.

Selain itu, juga perlu adanya alternative kebijakan yang terintegrasi dengan strategi pembangunan pedesaan.

"Ada lima urutan pembangunan pedesaan, antara lain, diversifikasi dari pelayanan yang baik, menciptakan dan memperkuat pasar, inisiasi industri olahan, penguatan peran organisasi desa, dan membangun infrastruktur,” tuturnya.

Terkait hal tersebut, Marwan juga menyoroti pentingnya membangun kerjasama global dalam bidang penelitian dan pengembangan produktifitas pertanian, mengurangi kerugian pascapanen, dan merumuskan pilihan kebijakan yang tepat untuk mengatasi ketahanan pangan dan gizi yang berkelanjutan.

“Indonesia mengusulkan keterlibatan dan pemberdayaan para petani kelas menengah ke bawah, petani wanita dan petani muda, dalam produksi pertanian berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan, dengan jalan memperkuat kapasitas mereka untuk mengambil peran penting dalam rantai distribusi kebutuhan pangan,” ujarnya.

Marwan juga mengatakan, kemitraan global tersebut harus solid, dengan didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, inklusifitas, dan ekuitas.

“Indonesia meyakini bahwa penerapan agenda untuk mengentaskan kelaparan serta mencapai ketahanan pangan dan gizi membutuhkan komitmen serta kemitraan global,” ujarnya.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas