Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengenali Pola Terbaru Serangan Teroris di Indonesia Pasca-Tragedi Perancis

Gaya teror di Indonesia yang biasanya menggunakan bom bunuh diri kini berubah menjadi aksi serangan bersenjata.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Mengenali Pola Terbaru Serangan Teroris di Indonesia Pasca-Tragedi Perancis
Wartakota/Budi Sam Law Malau
Agustian Hermawan, Ketua KNPI Kota Depok periode 2000-2005, yang bergabung menjadi militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tewas. 

PENULIS: Wildan Nasution/Peneliti masalah Polkam, Tinggal di Batam

TRIBUNNERS - Sasaran teror ISIS dikelompokkan dalam “far enemies” dan “near enemies”.

Far enemies adalah negara-negara musuh yang dianggap sering melecehkan Islam dan menindas negara Islam seperti Belgia, Turki, Perancis, Singapura, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia dll.

Sedangkan near enemies adalah negara-negara musuh ISIS terutama negara Islam yang dinilai mereka tidak menjalankan syariat Islam dan tidak setuju dengan sistem Khalifah Islamiyah antara lain Irak, Suriah, Malaysia, Indonesia, Pakistan dll

Mengacu kepada dua jenis sasaran serangan teror, tidak mengherankan jika sekarang ini ISIS dan jaringan teror lainnya melakukan serangan secara acak. Mereka hanya menunggu negara-negara yang akan diserang lengah atau tidak.

ISIS dan simpatisannya dalam bentuk “lone wolf” sedang mengimplementasikan teori balon akibat terdesaknya ISIS di Suriah membuat kelompok ISIS tercerai berai.

Untuk dapat menjaga moral para simpatisan dan demi kepentingan ideologis (dan ekonomis) tentu perlu menjaga eksistensi kelompok.

Berita Rekomendasi

Salah satunya adalah melakukan aksi bunuh diri dan tentu saja bukan di Suriah. Teori balon sedang terjadi, ISIS ditekan di Suriah dan dampaknya akan mengembang di tempat lain.

Serangan teror tanggal 14 Juli 2016 di Promenade des Anglais, Nice, Perancis yang dikemudikan warga negara Perancis keturunan Tunisia, menabrak kerumunan orang yang sedang merayakan pesta kembang api.

Kejadian tersebut menelan korban sebanyak 84 orang dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Perancis diserang karena dianggap terlibat dalam perang saudara Suriah dan Irak serta sering melecehkan Islam.

Ada beberapa pesan yang ingin disampaikan ISIS melalui serangan terbarunya di Nice, Perancis antara lain : pertama, ISIS menunjukkan bahwa jaringan mereka diseluruh dunia siap melakukan “counter attack”.

Kedua, anggota dan simpatisan ISIS di belahan dunia ini masih sangat setia untuk menjalankan tugasnya sebagai “pengantin” artinya pola komunikasi ISIS secara internasional masih berjalan lancar.

Ketiga, “lone wolves” yang beraliansi dengan ISIS memiliki militansi yang sangat kuat. Keempat, serangan teror di Nice juga merupakan “pembelajaran secara tidak langsung” kepada seluruh jaringan teror ISIS untuk “kreatif” mencari pola-pola baru serangan teror yang tidak mudah terdeteksi aparat negara.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas