Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengenali Pola Terbaru Serangan Teroris di Indonesia Pasca-Tragedi Perancis
Gaya teror di Indonesia yang biasanya menggunakan bom bunuh diri kini berubah menjadi aksi serangan bersenjata.
Editor: Malvyandie Haryadi
Kelima, serangan teror di Nice, Perancis menunjukkan bahwa jajaran aparat keamanan dan aparat intelijen yang pernah diserang oleh ISIS tidak memiliki “orang dalam” dalam tubuh organisasi teror tersebut.
Bagaimana Indonesia ?
Keinginan dan dorongan kelompok radikal untuk melakukan teror di Indonesia masih cukup tinggi.
Terdesaknya kelompok ISIS di Suriah dan kelompok simpatisan ISIS di Indonesia di Poso membuat organisasi radikal terurai.
ISIS tetap ingin menunjukkan eksistensinya. Hal ini diwujudkan dengan melakukan aksi-aski teror di wilayah selain Suriah, dan untuk kelompok di Indonesia selain di Poso yang selama ini menjadi daerah latihan dan persembunyian.
Terurainya kelonpok radikal ini membuat para simpatisan bisa bergerak dalam kelompok kecil bahkan perorangan.
Dorongan dari juru bicara ISIS Abu Muhamad Al Adnani kepada simpatisannya untuk melakukan aksi menjadi pendorong simpatisan untuk melakukan teror.
Kepentingan untuk dianggap berjasa dan menunjukkan peran dan pengaruh mendorong simpatisan kelompok radikal melakukan aksi yang bisa terdengar oleh petinggi ISIS di Suriah.
Dalam skala nasional, teori balon juga terjadi di Indonesia. Kelompok radikal yang terkonsentrasi di Poso terdesak oleh operasi gabungan Polri dan TNI.
Kelompok ini menyingkir ke Bima, namun tetap dikejar.
Akhirnya kelompok radikal ini menyebar ke berbagai daerah termasuk Surabaya dan terakhir di Surakarta yang telah melakukan aksi bom bunuh diri yang diperkirakan ada kaitan dengan aksi bunuh di Bagdad, Madina, Jedah, Dhaka, Istanbul dan tempat lainnya yang dipicu oleh perintah dari petinggi ISIS, Abu Muhamad Al Adnani (juru bicara) kepada simpatisannya.
Serangan bom Thamrin 14 Januari 2016 diperkirakan mengadopsi aksi teror di Paris 13 November 2015.
Gaya teror di Indonesia yang biasanya menggunakan bom bunuh diri berubah menjadi aksi serangan bersenjata.
Teror di Paris diakui sebagai aksi ISIS. Demikian pula aksi teror Thamrin 14 Januari 2016 adalah bagian dari aksi ISIS yang dipandu oleh Bahrun Naim di Suriah yang berasal dari Indonesia.