Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengenal Pembentukan Awan Cumulonimbus, Momok dalam Dunia Penerbangan

Awan Cumulonimbus kebanyakan terbentuk di lautan karena wilayah lautan mengalami proses penguapan yang lebih besar daripada di daratan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Mengenal Pembentukan Awan Cumulonimbus, Momok dalam Dunia Penerbangan
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Ilustrasi 

Walaupun banyak terjadi di lautan, awan raksasa ini dapat bergerak menuju daratan dan mengakibatkan hujan deras di daratan karena  pengaruh tiupan angin.

           

Awan Cumulonimbus sering terbentuk ketika siang hari yang panas. Karena pada siang hari suhu udara relatif tinggi, sehingga menghasilkan penguapan yang tinggi pula.

Penguapan tinggi inilah yang menjadi faktor utama terbentuknya awan cumulonimbus. Selain itu, labilitas atmosfer dan tersedianya inti kondensasi awan juga sangat penting dalam pembentukan awan ini karena ketika atmosfer dalam keadaan labil maka uap air dapat terus naik sampai ketinggian tertentu.

Selanjutnya, uap air yang berjumlah sangat banyak ini akan mengalami kondensasi dan saling bertumbukan atau bergabung satu sama lain.

Proses tumbukan dan penggabungan ini terus berlangsung sehingga membentuk gumpalan-gumpalan awan yang besar dan tinggi.

Bahkan jika atmosfer dalam keadaan sangat labil, awan dapat tumbuh sampai batas tropopause atau ketinggian sekitar 15 km dari permukaan laut. Pada keadaan inilah awan Cb menjadi sangat ganas dan berbahaya.

Berita Rekomendasi

           

Secara sederhana, kita dapat mengenali awan Cumulonimbus dengan melihat bentuk fisiknya.

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah atau bahkan sering melihat awan yang berwarna hitam sebelum atau bersamaan dengan terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan badai guntur.

Awan hitam inilah yang dapat kita kenali sebagai awan cumulonimbus.

Namun perlu kita perhatikan bahwa awan yang berwarna hitam itu belum tentu awan cumulonimbus dan awan cumulonimbus tidak selalu berwarna hitam, hitam atau tidaknya itu bergantung pada massa air yang terkandung di dalam awan.

Awan dengan massa air yang banyak terlihat lebih hitam atau gelap karena sinar matahari tidak dapat menembus dasar awan.

Sebaliknya, awan dengan kandungan air yang sedikit akan terlihat putih seperti kapas dan sinar matahari dapat menembus awan tersebut.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas