Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Nasib Badak Sumatera di Ujung Proyek Panas Bumi
Badak sumatera saat ini diperkirakan hanya menempati 237.100 hektar di bentang alam Kawasan Ekosistem Leuser
Editor: Choirul Arifin
Sementara itu, Sasaran Ketahanan Energi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang mengacu pada “Nawa Cita” (Janji Kampanye Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla),memang menetapkan sejumlah sasaran.
Antara lain, menambah kapasitas pembangkitan listrik, memperluas pemanfaatan gas bumi, konsolidasi industri minyak bumi, menata pemanfaatan batubara, memperbesar energi terbarukan, dan pengurangan subsidi energi. (EnergiView, Mei 2015).
Meski pemanfaatan panas bumi termasuk ke dalam sasaran tersebut, sebenarnya masih banyak energi panas bumi yang berada di luar kawasan konservasi yang dapat dimanfaatkan.
Dari 299 titik potensi yang telah diidentifikasi oleh Kementerian ESDM, sekitar 6.000 MW (15%) berada dalam wilayah hutan konservasi dan sekitar 7.000 MW (18%) berada dalam wilayah hutan lindung.
Sedangkan saat ini baru 5% panas bumi di Indonesia yang telah dimanfaatkan. (Renstra Ditjen EBTKE 2015-2019).
Sejatinya tak elok bila upaya pemenuhan listrik harus vis a vis program konservasi di Kawasan Ekosistem Leuser yang sangat tinggi keanekaragaman hayatinya.
Apakah Pemerintah Provinsi Aceh, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Presiden Joko Widodo rela hanya meninggalkan kisah badak sumatera kepada generasi mendatang? Tentu tidak.
Sebab pembangunan berkelanjutan yang manusiawi dan ramah lingkungan tentu bisa seiring sejalan.
Semoga hari badak menjadi momentum bagi pemerintah untuk kembali menelisik komitmennya dalam menjaga kelestarian badak dan satwa terancam lainnya. Selamat memeringati Hari Badak Sedunia 2016.

