Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Membaca Bambu, Membaca Ahok
Kita buktikan saja kenyataannya! Tulis seorang teman mengomentari tulisan saya “Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu Songgo Langit”
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Kita buktikan saja kenyataannya! Tulis seorang teman mengomentari tulisan saya “Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu Songgo Langit” (Tribunnews.com, 3/1) ketika saya posting di akun fesbuk saya.
Kalau lembaga survei mengurai siapa yang bakal unggul di Pilkada DKI Jakarta 2017, lewat hasil polling atau surveinya. Kalau pengamat politik akan bicara lewat amatan atau analisa politiknya didukung teori-teori politik.
Begitupun bagi seseorang yang mempunyai kemampuan indera terawang jarak jauh, ia akan bicara lewat hasil terawangan mata batinnya. Semisal melakukan terawangan menggunakan media “bambu tembus kumbang”. Semua itu adalah media sebagai sarana sesuai kapasitasnya.
Kebetulan saya kolektor bambu unik yang juga peNgaji Deling tergabung di Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN). Jadi referensi amatan saya pun mengacu pada jenis bambu unik tertentu sesuai peruntukkannya yaitu dengan Ngaji Deling lewat sambung rasa getaran energi makro kosmos yang tersembunyi dan tersimpan di balik tersebut.
Adapun uniknya bambu unik yang terbentuk secara alami, di kalangan peNgaji Deling diyakini bahwa di balik keunikan bambu-bambu unik ini juga tersembunyi simbol-simbol atau bahasa tanda yang berisi “ayat atau pesan Sang Alam” yang harus dibaca oleh manusia. Seperti hal yang tersirat dan tersurat di bambu unik berbentuk tongkat bambu “Songgo Langit” atau bambu junjung derajat “TulungAgung”.
Pastinya di sini tidak akan mengurai lagi apa siapa kedua jenis bambu unik tersebut, karena sudah saya urai di dua artikel; Antara Ahok dan Pusaka Tongkat Bambu “Songgo Langit” dan Antara Ahok, dan Bambu Junjung Derajat “TulungAgung” di Tribunnews.com (3 & 4 /1).
Tak bedanya survei, polling, analisis politik, begitupun dengan amatan Ngaji Deling, semuanya memiliki probabilitas yang sama, sama-sama bisa benar, bisa salah, bisa meleset, bisa tepat alias tokcer.
Jadi apapun upaya yang dilakukan dalam rangka partisipasi mengapresiasi pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta 2017 baik dengan berupa bentuk survei, polling, analisa politik, termasuk sekalipun amatan politik dari sepotong bambu, juga harus tetap diapresiasi dan dihormati.
Dan tulisan ini hanyalah sebagai jawaban atas komentar teman, “Kita buktikan saja kenyataannya!”. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, PeNgaji Deling “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN), Pemimpin Redaksi Bambuunik.com