Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Apa dan Siapa Pring Petuk
Bambu petuk atau pring petuk tetap menjadi primadona paling banyak diminati di kalangan pecinta, kolektor atau pemburu (bolankers), dengan segala ceri
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Bambu petuk atau pring petuk tetap menjadi primadona paling banyak diminati di kalangan pecinta, kolektor atau pemburu (bolankers), dengan segala cerita yang menyertainya.
Seperti disebutkan bolankers dan peNgaji Deling Umi Badriyah dari Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), sebagai bolankers, tugas kita hanya ingin meluruskan bahwa spesifikasi bambu petuk (BP) bahwa yang asli alami dari pohon itu ya begini, dengan satu harapan jangan ada lagi orang terpedaya, terkecoh dan dikecoh oleh PP aspal hasil rekayasa kerajinan tangan.
“Insyah Allah, PP yang asli alami bukan rekayasa manusia adalah petuk jalu,” jelasnya.
Kita harus bisa meluruskan anggapan mereka tentang BP yang selama ini mereka meyakini berdasarkan dalil yang tidak sahih yaitu dalil katanya, rekayasa imajinasi, dan cerita demi cerita yang sangat diragukan kebenarannya, katanya lebih lanjut.
Disebutkan, pring petuk banyak jenisnya sesuai alam membentuk bambu unik tersebut. Bambu normal energinya standart, karena dalam pertumbuhannya mulus tidak membutuhkan energi yang ekstrem untuk kelangsungan hidup, akan tetapi bambu unik untuk bertahan hidup membutuhkan energi kekuatan yang sangat besar sehingga membentuk seperti bambu unik karena bentuknya yang tak lazim. Semakin unik dan semakin susah perjuangan hidup bambu unik energinya semakin besar.
“Itu filosofis bambu unik yang realita” ujar Umi.
Menyoal apa dan siapa PP, peNgaji Deling KPBUN ini memaparkan bahwa istilah pring petuk itu sejatinya sebuah sanepan atau kiasan. Seperti halnya golekono galiheng kangkung, tapake kuntul mabur, utowo susuhing angin sing mokal onone. Di mana sanepan tersebut secara fisik bisa ditemui di aneka keberadaan bambu unik.
Lebih jauh dikatakan oleh Umi Badriyah, bahwa adapun bambu petuk atau pring petuk adalah simbolisasi ilmu manunggaling kawulo marang dzat shir Alloh.
“Petuk dalam artian ketemu dzat yang maha suci. Petuk bertemu ruas, artinya bertemunya ruas ataa ros, roso sejati kita terhadap dzat kang murbing dumadi,” ujarnya.
Bambu pethuk bertemunya ros atao roso katrisnan kita terhadap Tuhan sebagai Sanghyang Kaliq. Sebab dzhatulloh hanya bisa disentuh dengan ros, rosoning katrisnan atao cinta sejati, sehinggga bambu petuk sangatlah hebat.
Karena sudah mempertemukan kita dengan sejatining roso manunggaling kawulo marang dzat shir Alloh, urai Umi Badriyah menyoal apa dan siapa pring petuk.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, PeNgaji Deling “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN), Pemimpin Redaksi Bambuunik.com