Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Lagu Bagimu Negeri yang Mendadak Musyrik Setelah 75 Tahun

Bagimu Negeri adalah lagu nasional dan boleh dibilang merupakan lagu nasional yang paling sering dilantunkan setelah Indonesia Raya.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Lagu Bagimu Negeri yang Mendadak Musyrik Setelah 75 Tahun
Ist
Taufik Ismail 

Paparannya sedikit banyak mengedepankan gambaran bahwa dia menganggap kalimat 'bagimu negeri jiwa raga kami', adalah harfiah.

Adalah kalimat yang memiliki makna sebenarnya dan karena itu jadi musyrik.

Pertanyaannya, apakah kalimat ini harfiah? Atau sebaliknya, merupakan metafora? Sebenarnya tidak kedua-duanya.

Kusbini barangkali memang memaksudkannya sebagai metafora. 'Jiwa' dan 'raga' untuk 'negeri' adalah perwujudan dari rasa cinta tanah air.

Akan tetapi dalam praktiknya metafora ini justru bergeser jadi harfiah.

Jutaan orang yang gugur di era perang pra kemerdekaan maupun pascakemerdekaan, adalah bukti tak terbantahkan dari pengejawantahan kalimat tadi.

Apakah menurut Taufik jutaan orang yang gugur demi kemerdekaan bangsa ini merupakan orang-orang yang terjerumus ke dalam kemusyrikan?

BERITA REKOMENDASI

Taufik pernah menulis dalam puisinya bahwa dia malu menjadi orang Indonesia. Apakah bisa disimpulkan bahwa dia tidak nasionalis? Apakah dia benar-benar malu menjadi orang Indonesia?

Tentu saja tidak, karena puisi ini dimaksudkannya untuk menyindir berbagai silang sengkarut dan kecentangprenangan negeri ini di era kepemimpinan Soeharto.

Puisi Muak dan Bosan juga menyuarakan protes serupa. Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok/Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu/Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan/Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan.

Sejak menulis puisi-puisi dalam kumpulan Tirani di tahun 1965-1966, ideologi politik Taufik Ismail pada dasarnya terang belaka.

Politik "kanan", nasionalisme "kanan" yang cenderung lebih dekat dengan kalangan agama dan sangat membenci komunis. Taufik Ismail adalah pembenci PKI nomor wahid di Indonesia.


Sikap ini sah belaka dan sudah lama dimaklumi pula. Tidak ada masalah. Semua orang sudah tahu siapa Taufik Ismail dan seperti apa ideologi politik yang dia mainkan di balik kerja-kerja sastra yang dilakukannya.

Sekali lagi tak ada masalah. Sampai kemudian Taufik yang sudah agak lama tidak muncul di depan publik tiba-tiba saja menggugat lagu Bagimu Negeri.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas