Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
KEIN Ingin Pengusaha UKM Diberi Perhatian Khusus oleh Lembaga Keuangan
Wakil Ketua Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arief Budimanta menilai pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) belum banyak dipercaya oleh lembaga keu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arief Budimanta menilai pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) belum banyak dipercaya oleh lembaga keuangan. Padahal UKM menurur Arief sangat dibutuhkan di setiap negara.
“Mereka jangan ditinggalkan. Jasa UKM terlalu besar bagi negeri ini,” ujar Arif pada acara Business Gathering: Sinergi Kelembagaan dalam Mendorong Peningkatan UKM Ekspor di Kawasan Timur Indonesia di Makassar, Rabu (6/4/2017).
Arif mengingatkan, selama ini UKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyumbang 58,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hingga tahun 2015, Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah industri mikro dan kecil di Indonesia sekitar 3,7 juta.
Sebagian besar atau 87,58 persen dari industri tersebut tumbuh dan berkembang di wilayah Barat dan sisanya di Timur.
Sedangkan tenaga kerja yang terserap di industri mikro dan kecil tahun 2015, sebanyak 8,7 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 88,04 persen ada di wilayah Barat dan sisanya di wilayah Timur.
Namun kata Arif Budimanta, faktanya hingga saat ini UKM belum mendapatkan dukungan optimal dari segi keuangan, baik dari perbankan maupun lembaga keuangan nonbank. Hal itu dibuktikan dengan jumlah kredit yang disalurkan untuk UKM oleh perbankan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2016 yang dikeluarkan oleh OJK, total outstanding kredit pada pihak ketiga bukan bank hingga tahun 2016, jumlahnya mencapai Rp4.377 triliun. Dari jumlah tersebut, hanya 18,4 persen yang mengucur untuk kredit UKM.
“Apalagi kalau kita persempit ke Kawasan Timur Indonesia. Kredit untuk UKM yang mengucur ke wilayah tersebut hanya 11,8 persen atau sebesar Rp94 triliun,” papar Arif.
Menurut dia, sektor UKM yang perlu didorong dan didukung oleh para pemangku kepentingan secara bersama-sama pada saat ini, adalah yang berorientasi ekspor. Khususnya yang berada di wilayah timur Indonesia agar ikut mendorong terjadinya pemerataan.
Dengan demikian, Arif menegaskan, peran penting UKM yang mampu menyerap tenaga kerja besar serta menjadi penyokong (backbone) perekonomian Indonesia tetap terjaga dengan baik. “Ini harus menjadi perhatian pemerintah,” katanya.