Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Idul Adha Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan

Hakikat Idul Adha adalah kembali kepada pemahaman nilai qurban yang berpangkal dan konsep keimanan dan kemanusiaan

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Idul Adha Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ribuan jemaah melaksanakan salat Idul Adha di ruas Jalan Jatinegara, Jakarta, Senin (12/9/2016). Ruas Jalan Jatinegara ditutup sementara dan digunakan warga untuk melakukan salat Idul Adha 1437 Hijriah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Teladan agung tersebut seharusnya mampu menyentuh kesadaran intelektual dan imajinasi seorang hamba. Tindakan Nabi Ibrahim merupakan simbol kemenangan seorang manusia atas nafsu hewaniah, ego kecil, romantisme kepentingan pribadi, dan sentimentalitas cinta kasih lokal.

Manusia sebenarnya telah mengenal konsep “qurban” sejak dahulu; bahkan sejak masa Habil dan Kabil, dua putra Nabi Adam yang diperintahkan “berkurban” untuk menguji ketulusan mereka berdua di hadapan Allah.

Dari kisah Habil dan Kabil bisa diambil pelajaran bahwa Allah menerima “qurban” yang dipersembahkan seseorang bukan dari bentuk lahiriah sesuatu yang dikurbankan, melainkan dari ketulusan jiwa yang berkurban.

Semangat berkurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim bukanlah perbuatan untuk mengurbankan manusia lainnya demi tujuan dan keuntungan sesaat yang keji sebagaimana dilakukan para penguasa lalim sepanjang sejarah, melainkan suatu sikap untuk menyerahkan sesuatu yang dititipkan oleh Allah.

Ketika Allah telah dinomorsatukan dalam kehidupan, maka demi mempertahankan aqidah yang mengharuskan kejujuran, keadilan, dan ketulusan, apapun siap dikurbankan, entah materi, pangkat, jabatan, nama baik, dan nyawa sekalipun.

Hal itu telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang mengajarkan kepasrahan dan kerelaan demi mengesakan Allah. Dalam kehidupan modern, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim sering terlupakan.

Padahal, dari sana bisa ditarik pelajaran berharga bahwa Allah sangat mengasihi umat manusia karena manusia tidak boleh dikurbankan dan diganti dengan hewan.

Berita Rekomendasi

Dengan semangat Idul Qurban, manusia harus mampu “menyembelih” watak buruk dan sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya; seperti rakus, serakah, zalim, menindas, dan tidak mengenal hukum dan norma.[]

Maman Imanulhaq, Ketua Lembaga Dakwah PBNU/ anggota komisi 8 DPR-RI Fraksi PKB

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas