Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Cukai Rokok untuk Anak Indonesia
Salah satu sebab tingginya angka kematian akibat pneumonia di Indonesia adalah banyaknya orang dewasa yang kurang sadar bahaya asap rokok pada balita
Editor: Choirul Arifin
Betapa hebat dampak dari rokok terhadap kesehatan masyarakat Indonesia. Menurunkan konsumsi rokok menjadi pekerjaan yang penting bagi pemerintah, mengingat dampaknya yang begitu luas di masyarakat.
Baca: Skutik Retro Yamaha New Fino 125 Blue Core Kini Hadir dengan Ban Lebar dan Tubeless
Baca: Produsen Produk Perawatan Bayi Ini Bolehkan Karyawan Pria Ambil Cuti Melahirkan 2 Bulan
Melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemerintah terus berupaya untuk mengendalikan konsumsi rokok dan menurunkan produksi rokok secara bertahap melalui pengenaan tarif cukai rokok. Pemerintah berharap hal tersebut, akan berdampak positif terhadap menurunnya angka perokok aktif di Indonesia yang saat ini jumlahnya sudah mencapai puluhan juta jiwa.
Menurut data The Tobacco Control Atlas: ASEAN Region, pada tahun 2016 terdapat 122,4 juta perokok dewasa di kawasan Asia Tenggara dan lebih dari 65 juta jiwa diantaranya merupakan warga negara Indonesia. Konsumsi rokok per kapita di Indonesia pada tahun 2010 adalah 725 batang.
Angka ini naik cukup signifikan hingga menyentuh angka 1.098 batang di tahun 2015. Bandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia yang konsumsinya turun dari 1.025 batang di tahun 2010 menjadi 671 batang di tahun 2015.
Harga rokok yang cenderung murah dan masih terjangkau, menjadi salah satu sebab naiknya konsumsi rokok di Indonesia dari tahun ke tahun. Sesuai data yang dilansir di www.cigarettesprices.strikingly.com, rata-rata harga rokok di Indonesia adalah $1.4 atau sekitar Rp18.000.
Sebagai perbandingan, harga rokok di Malaysia adalah $3.3 atau sekitar Rp44.000 per bungkus. Sedangkan harga rokok di Singapura cukup tinggi, yaitu mencapai harga $9.7 atau sekitar Rp130.000 per bungkus.
Dengan harga rokok tersebut, Singapura berhasil menekan jumlah angka perokok aktif sampai dengan hanya 400 ribu jiwa.
Dari data di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ada korelasi antara harga rokok dengan jumlah perokok aktif. Semakin tinggi harga rokok akan berdampak pada semakin rendahnya jumlah perokok aktif. Untuk itu, pemerintah perlu menaikkan cukai rokok hingga ke titik maksimal karena cukai merupakan alat yang efektif untuk mengendalikan konsumsi rokok.
Jika gambar pada kemasan tidak cukup membuat mereka berhenti merokok, maka buatlah para perokok berhenti karena tidak sanggup membeli, demi kesehatan dan masa depan anak-anak Indonesia.
Penulis: Ulfa Deasy Pertiwi