Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Benarkah Ahok “Satrio Piningit”?
Di tulisan ini giliran saya juga sengaja memilih gunakan rujukan ramalan Prabu Jayabaya tentang apa dan siapa Satrio Piningit
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Untuk tidak dibilang peramal atau dukun politik. Sebagaimana dalam tulisan saya berjudul “Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro Dari Bung Karno Kini Ahok” di Tribunnews.com (14/11) yang gunakan rujukan ramalan pujangga Ranggawarsita tentang apa dan siapa “satrio kinunjoro murwo kuncoro”.
Di tulisan ini giliran saya juga sengaja memilih gunakan rujukan ramalan Prabu Jayabaya tentang apa dan siapa Satrio Piningit.
Adapun prihal judul artikel “Benarkah Ahok Satrio Piningit” mengacu sebagaimana tafsir teks ramalan Jayabaya tentang apa Satrio Piningit.
Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa satrio piningit itu adalah sosok ksatria pilihan yang akan muncul bersamaan puncak terjadinya goro-goro gonjang-ganjing zaman edan.
Di sini saya sengaja tidak ingin mengurai panjang lebar apa yang dimaksud “Zaman Edan” munurut ramalan Jayabaya, dan apa yang dimaksud dengan zaman “Kalabendu” menurut ramalan pujangga Ranggawarsita.
Pastinya pembaca sudah banyak yang paham dengan ungkapan istilah tersebut.
Di sini justru saya ingin mengajukan pertanyaan benarkah hura-hura pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dikatakan sebagai pilkada rasa pilpres menandai fenomena zaman edan kalau kita merujuk sebagaimana diurai di ramalan Jayabaya atau Ranggawarsita.
Munurut ramalan Jayabaya maupun Ranggawarsita, pada saat gonjang-ganjing zaman edan (kalabendu) ini mencapai peuncaknya, di situ disebutkan, saat itu akan muncul ksatria pencerah yaitu satrio piningit, figurisasi sosok pemimpin yang dirindukan rakyat.
Dalam ramalan Jayabaya disebutkan bahwa satrio piningit adalah sosok kesatria yang berjiwa atau memiliki tiga karakter; “Satria Bayangkara”, “Satria Panandita”, dan “Satria Raja”.
Adapun Satria Bayangkara adalah sosok kesatria bersikap adil dan mengayomi. Satria Panandita adalah sosok kesatria yang jujur, adil, tegas, dan amanah.
Satria Raja adalah sosok kesatria berjiwa negarawan atau abdi negara yang mengabdi demi rakyat, bukan abdi negara demi kekuasaan yang korup.
Kira-kira begitulah ramalannya. Tinggal bagaimana kita menafsirkan tafsir teks ramalan tersebut dalam konteks kekinian yang terhubung dengan realitas politik hari ini.
Termasuk bagaimana kita menafsirkan hura-hura Pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai pilkada rasa pilpres dalam konteks zaman edan sebagaimana disebutkan di ramalan Jayabaya maupun Ranggawarsita.
Termasuk adakah kebenaran Ahok yang kini sedang menjalani dipingit 2 tahun penjara adalah sosok satrio kinunjoro murwo kuncoro.
Termasuk pula, adakah jiwa Satria Bayangkara, Satria Panandita, dan Satria Raja ada dalam figurisasi atau personifikasi diri Ahok?
Sekali lagi, untuk tidak dibilang peramal politik, tulisan atau terawangan ini hanya sekedar guyonan politik sekaligus untuk menguji kebenaran sebuah ramalan, benarkah Ahok “satrio piningit”?
Kita simak saja kebenarannya, benar tidaknya ramalan atau terawangan ini seiring perjalanan waktu. Biarlah waktu yang akan bicara dan menjawabnya. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis pengamat budaya dan politik, kolektor bambu unik dan pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), penulis buku “God Bless and You: Rock Humanisme” diterbitkan Elex Media Komputindo (2017)