Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Komunitas Equestrian Pertanyakan Komitmen PP Pordasi
Pergelaran Pesta Olahraga Antar-negara Asia, Asian Games 2018 tinggal tujuh bulan lagi, ibaratnya sudah dipelupuk mata. Namun, nuansa keprihatinan yan
Editor: Toni Bramantoro
Sarana baru balap sepeda dan equestrian, sebagaimana sebagian besar gedung-gedung baru lainnya, pastilah akan sangat membanggakan komunitas olahraga masing-masing.
Khusus untuk equestrian bahkan disebut-sebut jika apa yang akan dimiliki oleh Indonesia nantinya merupakan salah satu yang terbaik untuk kawasan Asia atau bahkan dunia.
Sedikit negara di kawasan Asia yang memiliki kompleks terpadu berkuda ketangkasan, yang megah, mewah dan lengkap. Komunitas equestrian Indonesia seyogyanya memang harus merasa beruntung.
Atlet berkuda ketangkasan, yang lazim disebut rider, mestinya akan semakin tertantang dalam memberikan penampilan terbaiknya, baik mereka yang berkompetisi di nomor dressage (tunggang serasi), jumping (lompat rintangan), atau eventing (trilomba).
Akan tetapi jangan dilupakan bahwa berkuda adalah satu-satunya cabor yang merefleksikan penampilan dua unsur makhluk hidup, yakni manusia dan hewan--kuda.
Oleh karena itu, untuk pencapaian prestasi, tentunya harus ada sinergitas antara kedua elemen tersebut--ya rider ya kudanya. Salah satu timpang, sulit bicara penggapaian prestasi, sejatinya medali.
Dari cabor berkuda ketangkasan di Asian Games XVIII/2018 ini ditargetkan perolehan satu medali emas, dari total enam medali emas yang diperebutkan di nomor dressage tim dan perorangan, jumping tim dan perorangan dan eventing tim dan perorangan.
Target ini serupa dengan apa yang dicanangkan di Asian Games XVII/2014, Korsel. Waktu itu, dari pengharapan emas, teraih perunggu, melalui Larasati Gading di tunggang serasi perorangan.
Saat ini belum lagi diketahui apakah cabor berkuda sudah melakukan pelatnas. Beberapa rider senior dengan dukungan klubnya masing-masing memang sudah mempersiapkan diri, bahkan dengan berbekal kuda-kuda baru.
Ininsiatif klub dan rider-rider senior seperti Larasati Gading, Putri Hamidjoyo, Adi Katompo, Albert Pelealu, tentunya layak diapresiasi.
Larasati Gading dikabarkan terus berlatih intensif di Jerman, Adi Katompo dengan dukungan klubnya juga berlatih dan mengikuti berbagai kompetisi di Jerman dan sekitarnya, demikian juga dengan Putri Hamidjoyo yang sudah lama mempersiapkan diri di Belanda.
Cabor berkuda memang membutuhkan biaya besar. Kuda-kuda yang akan menjadi tunggangan para rider dari negara-negara Asia Timur seperti Korsel, Jepang serta Qatar, Yordania disebut-sebut harganya milyaran rupiah, bukan lagi ratusan juta.
Kuda-kuda yang dinaiki rider Malaysia di SEA Games 2017 lalu saja harganya milyaran, dan mereka juga lama mempersiapkan diri di Eropa.
Bagaimana kiat dari para petinggi di Pordasi dalam mempersiapkan para atlet dan kuda-kudanya menghadapi Asian Games XVIII/2018 ini? Petinggi Pordasi hampir tak pernah bicara ke publik, termasuk melalui pers.