Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Teknologi IoT Untuk Petani Di Kabupaten Kupang NTT
Tim IoT Program for Agricultural Development (IPAD) yang didukung oleh Pemerintah Australia – melalui Australian Alumni Grant Scheme (Skema Dana Hibah
Penulis: baizul zaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim IoT Program for Agricultural Development (IPAD) yang didukung oleh Pemerintah Australia – melalui Australian Alumni Grant Scheme (Skema Dana Hibah Alumni Australia) yang diadministrasikan oleh Australia Awards in Indonesia, telah memasang sensor pada empat titik terpisah pada tanggal 15 - 19 Mei 2019 di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pemilihan lokasi sensor ini diambil berdasarkan hasil survei, dengan pertimbangan berbagai faktor seperti fungsionalitas, aksesibilitas, dan dampak terhadap masyarakat luas, khususnya para petani di Kabupaten Kupang. Lokasi yang terpilih adalah lahan pertanian di Desa Noelbaki, perkebunan di Tilong, Kebun Universitas Citra Bangsa di Oematnunu, dan daerah hijau di Oepoi.
Tim IPAD yang menggagas konsep pengembangan teknologi sistem cerdas untuk pertanian dan perkebunan digawangi oleh Filbert H. Juwono, Satriyo Dharmanto, Hugeng, dan pemerhati strategi agrikultur, Agnes Irwanti. Perancangan desain dan implementasi sensor dibantu oleh para insinyur muda yang memfokuskan dirinya di bidang IoT untuk agrikultur, yaitu Radhi Hersemiaji Kartowisastro, Fahmi Fauzi, dan Julian Tenta Wardhana.
Sistem ini terdiri dari sensor-sensor yang mampu melaporkan beberapa indikator di lokasi perkebunan seperti kelembaban tanah, curah hujan, arah dan kecepatan angin yang berbasis sensor jejaring nirkabel, yang hasilnya ditampilkan dalam platform Mooble.
Sistem ini juga dirancang untuk mampu bersifat scalable, sehingga mudah diimplementasikan secara lokal, dan dengan cepat dapat dikembangkan serta diintegrasikan secara nasional, bahkan bisa terintegrasi secara global. Sistem ini dikembangkan dari teknologi telekomunikasi dan informasi dalam memonitor parameter lingkungan pertanian secara real-time, dan dihubungkan dengan otomatisasi aktivitas penyiraman secara presisi sesuai kebutuhan tanaman. Filbert Juwono selaku ketua tim sistem pertanian cerdas berharap implementasi sistem ini dapat berguna bagi para petani maupun peneliti dalam bidang agrikultur sehingga dapat membantu meningkatkan produktivitas pangan.
Dalam pelaksanaan implementasi sistem IoT untuk Pertanian ini, selain mendapatkan dukungan Pemerintah Australia, tim juga mendapat dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, pengurus yayasan Citra Bina Insan Mandiri Kupang (CBIM) yang bergerak di bidang pendidikan, dari sekolah dasar hingga menengah, perguruan tinggi, STIKES, dan STKIP, dan Ir. Abraham Paul Liyanto, seorang pengusaha nasional asli NTT dan sekaligus sebagai Pembina yayasan CBIM yang sangat peduli terhadap perkembangan Kupang, melalui berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dilakukan. Tim juga mendapat dukungan dari Drs. Herman Juwono, pengurus Kadin Indonesia dan juga penasihat senior pada Yayasan CBIM.
Selain itu, telah diadakan juga workshop untuk para petani pada tanggal 21 Mei 2018 di desa Noelbaki yang menekankan perlunya teknologi untuk membantu proses bertani untuk dapat menghasilkan hasil yang berkualitas tinggi dan juga mengajarkan para petani untuk menggunakan sistem IoT ini. Workshop kedua untuk para petani dilakukan pada tanggal 22 Mei 2018 di Kampus Citra Husada Mandiri Kupang dengan melibatkan pengurus Yayasan CBIM, beberapa alumni Australia, dan dihadiri oleh perwakilan Australia Awards in Indonesia. Para petani mengikuti workshop ini sangat antusias dan mereka berharap sistem ini kedepannya dapat digunakan untuk mengatasi/mendeteksi hama tanaman.