Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Catatan dari 7Th General Assembly Unesco: Wayang Dikagumi, Tetapi 'Terpinggirkan' di Negeri Sendiri
Sejumlah penggiat seni wayang yang tergabung di Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), menunjukkan kebolehannya
Editor: Toni Bramantoro
Kami di sini, di UNESCO mengenal wayang sebagai budaya dunia. Tapi ingin saya katakan, sebelum mendunia wayang harusnya me-Nusantara. Saya pernah tinggal di Indonesia, banyak sekali daerah yang tidak mengerti sama sekali wayang. Walau SENAWANGI sudah berupaya, tapi masih harus terus ditingkatkan. Upaya mengenalkan wayang harus berkelanjutan terutama pada generasi muda. supaya wayang itu menjadi buah pikiran, begitu saran Jeff Cottaz.
Ikut serta para penggiat seni dan budaya lainnya, antara lain; Sumari, S.Sn., (Sekretaris Umum SENAWANGI), Eddie Karsito, Wahyu Wulandari, dan Ina Sofiyanti, tim pendukung event menyeluruh pada sidang-sidang ‘7th General Assembly’ di Paris.
‘General Assembly’ adalah forum NGO – ICH, jaringan yang memiliki platform untuk berkomunikasi, pertukaran dan kerjasama antar organisasi penggiat budaya, yang terakreditasi oleh UNESCO. Sesuai Konvensi UNESCO forum ini secara bersama-sama, menjaga nilai-nilai warisan budaya tak berwujud (Intangible Cultural Heritage).
General Assembly’ diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Tidak kurang dari 500 orang delegasi dari 175 Negara bersidang di acara ini.
Jakarta, 12 Juni 2018
*Eddie Karsito, tim pendukung event menyeluruh pada sidang-sidang ‘7th General Assembly’ di Paris