Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Air Wakaf Sumur Hiswana Migas Mengalir Deras
Selain terkenal dengan tempat wisatanya yang mempesona, Kabupaten Gunungkidul ternyata juga menyimpan beragam permasalahan.
Dikirimkan oleh ACT
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Selain terkenal dengan tempat wisatanya yang mempesona, Kabupaten Gunungkidul ternyata juga menyimpan beragam permasalahan.
Salah satu yang menjadi permasalahan tahunan di Kabupaten Gunungkidul adalah masalah kekeringan.
Kekeringan di wilayah Gunungkidul menjadi masalah tahunan dikarenakan wilayahnya yang didominasi perbukitan dan bebatuan kars yang membuat air tidak dapat tertampung di permukaan tanah.
Sejak pertengahan tahun 2018 ini setidaknya tercatat 31.607 keluarga di Gunungkidul tengah mengalami kekeringan dan darurat air bersih.
Baca: Pakai Baju Adat, Jokowi dan Iriana Selfie Sebelum Upacara HUT RI
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul mengungkapkan dari 18 kecamatan sebanyak 13 kecamatan telah dinyatakan darurat kekeringan dan krisis air bersih.
Diantaranya Kecamatan Rongkop, Tepus, Semin, Tanjungsari, Saptosari, Ponjong, Nglipar, Panggang, Semanu, Gedangsari, Ngawen, Girisubo dan Purwosari.
Salah satu kecamatan yang menjadi perhatian tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) ialah Kecamatan Ponjong, secara geografis Kecamatan Ponjong berada di ujung timur Kabupaten Gunungkidul dan sudah berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Baca: Kebaya Rancangan Desainer Didet Maulana yang Dipakai Menteri Sri Mulyani Sarat Makna Perdamaian
Tepatnya di Dusun Plalar, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, DIY, masalah kekeringan dan darurat air bersih telah melanda dusun ini sejak bulan maret lalu, kebanyakan warga setempat memanfaatkan sungai yang jaraknya lebih dari 1 kilometer dari pemukiman dan jalannya terjal demi memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
“Ya, mau gimana lagi adanya air sungai, sudah jauh, jalannya naik turun, ya kita manfaatkan untuk keperluan minum ternak dan rumah tangga,” ujar Sunar yang merupakan warga setempat ketika di wawancarai tim ACT DIY.
Memang selain air sungai, ada beberapa sumur galian yang dalamnya 10 sampai 15 meter yang airnya tinggal sedikit, sehingga untuk dibagi satu dusun jumlahnya tidak mencukupi, sebagian lagi menggantungkan pengiriman air dari truk tangki oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Melihat permasalahan tersebut, Global Wakaf ACT DIY dalam sebulan terakhir telah menginisasi untuk membangun wakaf sumur produktif di dusun tersebut.
Wakaf sumur ini merupakan pembangunan sumur dalam yang harapannya dapat memberi manfaat seluas-luasnya untuk masyarakat di wilayah yang sedang mengalami kelangkaan air.
Pembangunan wakaf sumur di Desa Umbulrejo telah dikerjakan sejak selasa (7/8/2018) lalu dan telah dinyatakan selesai sepekan setelahnya, uniknya yang membuat warga bersukacita ialah air mengalir deras ketika mata bor menyentuh tanah di kedalaman 90 meter.