Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Mepantigan Gulat Ala Bali Berbasis Budaya

Pertandingan olahraga gulat mungkin sudah tidak asing lagi di Indonesia. Bertanding gulat berarti melakukan kontak fisik satu sama lain, di mana salah

Penulis: Ni Made Ayu Natih Widhiarini

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertandingan olahraga gulat mungkin sudah tidak asing lagi di Indonesia. Bertanding gulat berarti melakukan kontak fisik satu sama lain, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka.

Tim STPBI yang terdiri dari tiga orang mahasiswi yaitu Ni Nengah Ariastini, Ni Made Ayu Natih Widhiarini dan Putu Eni Oktaviani mengangkat penelitian tantang mepantigan Gulat ala Bali sebagai atraksi wisata budaya dalam pengembangan sport tourism di Bali.

Mepantigan kerap disamakan dengan seni bela diri gulat, tidak heran karena tradisi mepantigan Bali memiliki arti saling membanting.

Pertandingan gulat biasanya dilakukan di atas matras, namun berbeda halnya dengan pertandingan gulat satu ini yang memanfaatkan lumpur sebagai matrasnya.

Masyarakat umum kerap menyebut mepantigan dengan nama gulat lumpur, karena dilakukan di areal sawah berlumpur.

Dalam mepantigan seseorang tidak hanya diajarkan untuk membanting lawannya semata namun juga mengajarkan cara berbelas kasihan serta punya rasa hormat terhadap lawan. Jadi bagi yang ingin mencoba tidak usah takut terluka karena adanya aturan-aturan tertentu yang diterapkan tidak akan melukai diri kalian.

Bapak Putu Witsen Widjaya selaku pencipta mepantigan mengatakan, “Mepantigan merupakan sebuah atraksi olahraga yang menyatu dengan alam, karena kegiatannya dilakukan di alam terbuka dengan memanfaatkan sarana dan prasarana dari alam seperti lumpur, bambu, daun kelapa kering dan angsa.”

Meski mepantigan belum menjadi seni beladiri yang populer di tanah air, tradisi mepantigan Bali kerap menjadi piihan aktivitas liburan yang menarik bagi wisatawan mancanegara yang memiliki ketertarikan khusus.

Penelitian yang dilakukan Ariastini, dkk dilaksanakan di Pondok Mepantigan yang terletak di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar dalam waktu 5 bulan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Tim Penelitian STPBI memilih lokasi ini antara lain, mepantigan merupakan daya tarik wisata yang unik dan pertama kali di kabupaten Gianyar yang memadukan seni bela diri tradisional serta sedang berkembang, penggabungan seni bela diri yang ada di dunia dengan seni bela diri tradisional yang dilakukan di lumpur dalam mepantigan memiliki arti dan filosofi yang unik.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas