Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Sepakbola Harusnya Mempersatukan

Di belahan dunia lain, sepakbola menjadi perekat dan pemersatu. Tanpa memandang latar belakang dan perbedaan apapun.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Sepakbola Harusnya Mempersatukan
twitter.com/theafcdotcom
Suporter Indonesia mendukung Timnas U-16 Indonesia Vs Iran di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia pada Jumat (21/9/2018). 

Oleh: Tommy Rusihan Arief

Di belahan dunia lain, sepakbola menjadi perekat dan pemersatu. Tanpa memandang latar belakang dan perbedaan apapun. Di belahan dunia yang terbelit perang saudara seperti di beberapa negara Afrika, sepakbola bahkan menjadi kunci pemersatu.

Ketika Pantai Gading lolos ke Piala Dunia 2010, sang kapten Didier Drogba berbicara di televisi nasional sekitar 10 menit. Drogba meminta perang antarsuku yang sudah berlangsung puluhan tahun di negaranya diakhiri.

Sebagai wujud kebanggaan nasional atas perjuangan Drogba cs, para pihak yang bertikai berhenti berperang. Bahkan sampai hari ini. Pertanyaan yang menggelitik untuk kita semua adalah mengapa di Indonesia sepakbola justru menjadi alat "pemecah belah" antar masyarakat, suporter atau pendukung.

Padahal melalui pendirian PSSI 88 tahun lalu, sepakbola Indonesia dibangun melalui semangat kebangsaan yang mempersatukan seluruh elemen bangsa untuk mencapai kemerdekaan.

Sepakbola menjadi alat pemersatu bangsa dalam membangun karakter nasional. Tetapi mengapa kini anak-anak bangsa seolah terpecah belah dan saling membenci karena sepakbola?? Bahkan anak-anak bangsa saling membunuh karena sepakbola.

Apapun alasannya, tindakan terkutuk seperti ini tidak bisa dibenarkan. Harus ada tindakan hukum yang sangat tegas kepada siapapun yang bertanggungjawab. Termasuk aktor intelektual yang selama ini seolah tersembunyi dari hukum.

Berita Rekomendasi

Saya setuju keputusan BOPI dan KEMENPORA yang menghentikan sementara kompetisi Liga 1. Bagaimanapun dengan alasan apapun, PSSI adalah pihak yang paling bertanggungjawab.

Jika kita harus mengalami sanksi atau kondisi seperti Inggris yang "diisolir" dari ajang internasional selama lima tahun karena kelakuan brutal hooligans tahun 1985? Apakah semua bentuk kompetisi nasional dengan.

segala konsekwensinya, harus dihentikan selama lima tahun, sampai PSSI mampu menemukan formula yang tepatguna untuk urusan suporter. Satu nyawa melayang tidak akan terbayarkan dengan dalih apapun.

Mengurus PSSI bukan pekerjaan sambilan. Apalagi hanya memanfaatkan PSSI sebagai wahana untuk mencapai target politik. Budaya malu dan nilai moral adalah salah-satu landasan utama berdirinya PSSI oleh para pejuang sepakbola Indonesia.

Segala konsekwensinya, harus dihentikan selama lima tahun, sampai PSSI mampu menemukan formula yang tepatguna untuk urusan suporter.

Satu nyawa melayang tidak akan terbayarkan dengan dalih apapun. Mengurus PSSI bukan pekerjaan sambilan. Apalagi hanya memanfaatkan PSSI sebagai wahana untuk mencapai target politik.

* Tommy Rusihan Arief, Mantan Direktur Media PSSI/Caleg DPR-RI Dapil Maluku Utara, Partai Demokrat

Tommy Rusihan Arief (kanan)
Tommy Rusihan Arief (kanan) (ist)
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas