Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pancasila Sebuah Karya Besar dari Kehebatan Para Founding Fathers Bangsa Indonesia kata Adnan
Pancasila juga merupakan kristalisasi nilai yang ada di masyarakat, karena masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat yang berketuhanan, berkeadilan
Editor: Toni Bramantoro
Pancasila selama ini sudah merupakan ideologi utama baik di level negara maupun di level masyarakat. Disamping common ideologi, Pancasila juga merupakan kristalisasi nilai yang ada di masyarakat, karena masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat yang berketuhanan, berkeadilan, yang mana memiliki tradisi bermusyawarah dan sudah sepakat untuk membangun Kesatuan Nasional. Untuk itu masyarakat harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara untuk keutuhan negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI).
“Tentunya hal tersebut harus dipertahankan. Masyarakat kita harus memperkuat ini karena Pancasila ini adalah peninggalan yang sangat luar biasa dari history sejarahnya karena merupakan suatu gagasan narasi besar yang harus kita akui,” ujar Peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Dr. Adnan, Kamis (4/10/2018)
Menurutnya, Pancasila merupakan sebuah karya besar dari kehebatan para founding fathers bangsa Indonesia di dalam meracik sebuah ideologi jalan tengah di luar ideologi Islam dan ideologi sekuler liberal atau barat. Karena para funding fathers bangsa ini dapat ‘meracik’ ideologi Pancasila ini sebagai ideologi khas nusantara.
“Terbukti selama 73 tahun ideologi ini masih bisa dipraktekkan, meskipun dari sisi kualitas memang terus menerus didalami oleh masyarakat kita. Pancasila ini sebenarnya punya suatu gambaran cita-cita masyarakat yang ideal, bahwa masyarakat nusantara yang ber-Pancasila ini sebenarnya masyarakat yang berperadaban tinggi,” ujarnya.
Dikatakan pria yang juga Tokoh Muda organisasi Nahdatul Ulama (NU) ini, dengan memiliki peradaban yang tinggi, maka sejatinya masyarakat Indonesia tidak perlu lagi menoleh peradaban yang lain. Karena bangsa Indonesia ini merupakan adiluhung (memiliki seni budaya yang bermutu tinggi) dengan memiliki keberadaan, berketuhanan, memiliki moralitas dan Akhlakul Karimah.
“Itu ada semua di masyarakat bangsa Indonesia ini. Jadi dengan begitu tidak perlu ada imajinasi liar yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi di luar Pancasila. Karena ini kristalisasi ideologi yang sudah sangat luar biasa yang digagas oleh para funding fathers kita,” katanya.
Bahkan menurutnya saat ini justru banyak negara-negara lain mengamati perkembangan Pancasila ini, mengaguminya dan bahkan sebagaian lain ada negara yang ingin meniru ideologi Pancasila sebagai ideologi jalan tengah dan tinggal dipraktekkan.
“Negara luar saja banyak yang ingin mencontoh dan meniru Pancasila. Kan sangat aneh kalau justru masyarakat kita yang ingin meninggalkan Pancasila. Dan tentunya akan berbahaya bagi bangsa ini karena dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat karena orang tersebut menjadi radikal yang negatif seperti anti Pancasila, anti NKRI dan bahkan bisa bersikap intoleransi,” ujar mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU)
Namun demikian dirinya mengakui bahwa sejak reformasi bergulir, pelajaran yang mengandung Pancasila di lembaga-lembaga pendidikan seperti agak berkurang akibat terjadinya gelombang liberalisasi di negara ini. Akibat dari liberalisai dan arus globalisasi itu membuat masyarakat Indonesia mulai banyak menengok pada ideologi diluar idelologi Pancasila.
“Mereka ini terpengaruh ideologi-ideologi barat yang ada di Eropa atau di Amerika atau dari beberapa negara Islam yang menerapkan konsep syariat Islam. Mereka melihat seperti itu. Tapi sebenarnya ideologi-ideologi seperti itu di banyak jaman dan di banyak era itu malah banyak mengalami problematik di level negara, bangsa maupun masyarakat itu,” ujarnya menjelaskan.
Dan sejak reformasi itulah menurutnya bangsa Indonesia seperti kurang percaya diri dengan ideologi Pancasila ini. Hal ini tak dapat dipungkiri karena selama ini ideologi Pancasila itu ditampilkan menjadi ideologi tertutup yang represif. Oleh karena dirinya berharap sudah saatnya pada era reformasi ini ada semacam penyegaran bagaimana Pancasila sebagai ideologi yang luar biasa menarik ini untuk ditampilkan sebagai ideologi terbuka yang dinamis, dialogis, yang meletakkan masyarakat warga negara ini sebagai subjek untuk menggerakkan ideologi ini.
“Di samping kepada state nationalism, Pancasila juga harus diletakkan kepada people nationalism. Yang hilang kan ini sekarang selama ini people nationalism. itu kan hilang itu. Sehingga people nasionalism itu berbenturan dengan ideologi negara, yang akhirnya orang-orang itu menjadi liardan mendapatkan ideologi kanan kiri. Karena ideologi Pancasila selama ini hanya pada level negara,” ujarnya mengamati.
Untuk itu menurutnya di era saat ini ini sudah saatnya ideologi pancasila ditampilkan kembali secara terbuka, dinamis dan diimplementasikan dalam bentuk inovasi-inovasi baru untuk membentengi masyarakat dari paham-paham yang bersifat radikalisme negatif. Apalagi masyarakat Indonesia ini secara demografi sudah terjadi kemajuan baik secara ekonomi, pendidikan maupun strata sosialnya yang mengalami kenaikan. Untuk itu hal ini harus di eksplorasi secara terus menerus.
Sehingga nanti pada ujungnya masyarakat kita akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa memang ideologi Pancasila itu betul betul ideologi jalan tengah yang sudah sesuai dengan nation and character bangsa Indonesia. Dan hal ini kalau dikembangkan bisa menjadi kekuatan ideologi dunia juga,” ujar pria yang juga ditugaskan sebagai pengembang organisasi NU di kawasan Timur Tengah ini.
Untuk membangkitkan lagi semangat nilai-nilai Pancasila dalam membangun bangsa ini dirimya berharap agar Pancasila tidak hanya di dengungkan di level negara atau pemerintah saja. meski saat ini ada lembaga bernama Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP). Masyarakat melalui organisasi besar seperti NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya juga harus diberikan ruang sebagai kekuatan besar untuk membangkitkan nilai-nilai Pancasila.
“Jadi ideologi ini juga harus digerakkan di level masyarakat. Level pemerintah punya batas batas untuk menggerakkan ini karena terbentur soal anggaran, terbentur soal kewenangan dan macam-macam. Dengan melibatkan seluas-luasnya, partisipasi masyarakat, kelompok adat, raja-raja Nusantara, kelompok kelompok Pemuda milenial, kelompok pengusaha dan sebagainya maka ekstensifikasi dan intensifikasi ideologi pancasila ini betul-betul melebar di seluruh kompones strategis bangsa di seluruh penjuru nusantara. Karena hal ini bisa menjadi penangkal dari perkembangan ideologi-ideologi yang mencoba menyusupi di negara kita,” ujarnya mengakhiri