Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Walisongo Pun “Menangis”
Bukankah Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “innamal a’malu binniyat” (amal itu tergantung niatnya)?
Editor: Hasanudin Aco
Pada 1980-an, patung yang kini telah dihancurkan dengan buldozer itu dipindahkan ke kota Raqqa. Patung ini berasal dari abad ke-8 SM, dan menjadi patung selamat datang pada gerbang masuk wilayah Arslan Tash, kota yang dikuasai Kerajaan Assyria pada abad ke-9 SM.
Juga Masjid Nabi Yunus (Jonah's Tomb). Masjid Nabi Yunus ini berdiri di Mosul, Irak, dekat tembok Nineveh. Masjid ini dipercaya menjadi tempat pemakaman Nabi Yunus, yang ditelan oleh ikan paus dalam kisah di Al Quran maupun Al Kitab. Masjid ini dibangun di sebuah situs arkeologis pada abad ke-8 SM, dan hingga 2014 masih menjadi destinasi wisata masyarakat dunia dari beragam kepercayaan.
Pun, Nimrud. Sisa-sisa bangunan kota kuno yang terdapat di sebelah Sungai Tigris di selatan Mosul, Irak, ini juga telah rata dengan tanah. Nimrud sendiri ditemukan pada abad ke-13 SM dan menjadi ibu kota Kerajaan Assyria Baru. Di situs ini terdapat Istana Ashurnasirpal, Raja Assyria, dan sejumlah patung kuno yang masih berada di lokasi aslinya.
Selanjutnya, Hatra, kota tua berusia lebih dari 2.300 tahun, di sebelah selatan kota Mosul, Irak. Hatra adalah situs yang sangat berharga bagi dunia. Ia masuk dalam daftar situs Warisan Kebudayaan Dunia versi UNESCO.
Di dalamnya terdapat kompleks kuil yang memadukan arsitektur Hellenistis dan Roman, dengan gaya dekorasi Timur. Kota tua yang sempat selamat dari invasi Roma tahun 116 dan 198 Masehi karena tembok-tembok tinggi yang mengelilinginya itu kini telah rata dengan tanah.
Kemudian, Palmyra di Suriah. Palmyra bertahan selama berabad-abad di padang gurun di sebelah timur Damaskus sebagai oasis dan destinasi istirahat para rombongan yang berjalan di Jalur Sutera. Ia juga bagian dari Dinasti Roma, sebuah kota metropolis yang kaya. Palmyra mencapai puncak kejayaannya di abad ke-3, ketika dipimpin Ratu Zenobia yang memberontak pada Roma.
Terakhir, Masjid Al Nuri dan Minaret Al Hadba, Irak, yang menjadi ikon kota Mosul selama lebih dari delapan abad. Masjid Al Nuri dan Minaret Al Hadba kini telah menjadi puing-puing tak berguna.
Mengapa situs-situs bersejarah itu dihancurkan? Mubaraz Ahmed, seorang peneliti dari Centre on Religion and Geopolitics, seperti dilansir sebuah media, mengemukakan, setidaknya ada tiga alasan di balik tindakan “barbar” ISIS tersebut, salah satunya adalah karena ideologi salafi yang mereka anut. Salafi ialah paham syariat Islam murni seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Tujuan kekhilafahan ISIS adalah mengembalikan apa yang mereka pahami sebagai keadaan umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW dulu.
Tujuan tersebut punya dua akar dasar, yaitu mendorong ketauhidan dan menghapus segala macam syirik. ISIS menganggap kehadiran situs-situs budaya tersebut menganulir ketauhidan yang mereka jaga. Benda-benda bersejarah tersebut dianggap sebagai bentuk syirik dan karenanya harus dihancurkan.
Apakah perusakan properti sedekah laut di Bantul itu bisa dianalogikan dengan langkah ISIS menghancurkan situs-situs bersejarah di Irak dan Suriah? Saat ini mungkin masih terpaut jauh. Tapi bila dibiarkan, tidak tertutup kemungkinan akan mengarah ke sana. Borobudur, Prambanan, Dieng dan situs-situs bersejarah lain di kemudian hari bisa dihancurkan. Semoga kekhawatiran ini tidak terjadi!
Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.