Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Indonesia Ekspor Jagung 372 Ribu Ton dan Setop Impor 9,2 Juta Ton
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan upaya pemerintah dalam menggenjot produksi jagung menuai hasil yang memuaskan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan upaya pemerintah dalam menggenjot produksi jagung menuai hasil yang memuaskan. Terbukti, produksi jagung hingga saat ini mampu mencukupi kebutuhan domestik dan sudah diekspor 372 ribu ton.
Upaya pencapaian swasembada jagung dilakukan Kementan melalui Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi jagung dengan peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, penanaman di lahan kering, integrasi jagung di lahan sawit dan lainnya.
Selain itu dilakukan penanganan pasca panen serta membangun kemitraan antara petani dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT)
Hasilnya, pemerintah mampu melakukan pengurangan impor jagung sejak 2016. Jika pada tahun 2015 total impor jagung 3,5 juta ton, selanjutnya tahun 2016 menurun menjadi 1,3 juta ton dan tahun 2017 ditekan lagi menjadi NOL impor jagung pakan ternak.
Kumulatif impor jagung pakan ternak yang disetop dari 2016 hingga 2018 sejumlah 9,2 juta ton, dengan rincian 2016 menghemat tidak impor 2,2 juta ton, 2017 menghemat tidak impor 3,5 juta ton dan 2018 menghemat tidak impor 3,5 juta ton. Bahkan tahun 2018 telah dilakukan ekspor 372 ribu ton.
Jika tidak ada program Upsus dan hanya dilakukan program yang biasa-biasa saja, maka diyakini Indonesia tahun 2018 dipastikan impor 3,87 juta ton, yaitu 3,5 juta ton impor yang telah di-NOL-kan ditambah 372 juta ton dari realisasi ekspor 2018.
Baca: Kementerian Pertanian Pastikan Produksi Jagung Nasional Mengalami Surplus
Ini artinya Program Upsus Jagung selama tiga tahun bisa menghemat devisa sebesar 9,6 juta ton senilai Rp 31 triliun.
Sejak tahun 2016-2018 sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung.
Adanya kenaikan nilai dollar sebesar Rp. 1.500 per 1 US$, para pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal.
Sehingga ijin impor gandum pakan sebanyak 200 ribu ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.
Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri menjadi terserap oleh pabrik pakan besar.
Akibatnya pasokan jagung pakan ternak yang tersedia diserap seluruhnya oleh pabrik pakan besar. Dimana kebutuhan total jagung pakan 18 juta ton pertahun atau 1,5 juta ton per bulan, diantaranya untuk peternak kecil mandiri sebesar 2,64 juta ton pertahun atau 220 ribu perbulan.
Akibatnya selanjutnya adalah pada waktu tertentu peternak kecil tidak memperoleh pasokan. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, dimana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik tidak terjangkau. Inilah yang membuat para peternak kecil protes berteriak menjerit.
Memperhatikan teriakan peternak kecil mandiri, pemerintah berupaya hadir menyelesaikan masalah yang ada dengan opsi impor jagung 50 hingga 100 ribu ton bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga.
Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan prestasi expor jagung 372.000 ton dan stop impor 3.5 juta ton tiap tahun.Jika harga jagung nasional turun, maka jagung eks impor tidak dikeluarkan ke pasar.